Slide 1

Go to reading quran.

Slide 2

Bolehkah melihat kemaluan pasangan.

Slide 3

Bolehkah Suami menyusu istri.

Slide 4

Hadiah Fatekhah dan Tahlilan.

Slide 5

Bolehkan Ibu Hamil Ziarah Kubur.

08 Januari 2016

Pergaulan Wanita Muslim

Bismillahirrahmanirrahim 
Segala puji hanya dipersembahkan kepada Allah, Tuhan Yang Memelihara alam semesta. Akibat yang baik hanya bagi orang­orang yang bertakwa. Semoga Allah berkenan melimpahkan rahmat dan salam kepada penutup para nabi dan rasul pamungkas, pada segenap keluarga dan para sahabatnya.
Setiap manusia membutuhkan pergaulan. Dan Islam mengatur pergaulan bai kaum muslimah dengan pergaulan yang suci, aman dan mulia. Karena syetan berusaha menghancurkan keimanan kaum muslimah dengan segala tipuannya. Yang paling banyak menyelewengkan wanita dari agama dalam hal pergaulan adalah ajakan mereka mengenai kebebasan wanita, emansipasi, dan sebagainya. Ditambah lagi dengan suapan-suapin globalisasi, yang bertirukan budaya-budaya Barat. Sehingga seolah-olah dipaksa kaum muslimah untuk keluar dari budaya Islam yang aman dan bijaksana. 
        Untuk itu Rasulullah saw mengingatkan kaum lelaki: “Berhati-hatilah kamu berkhalwat dengan wanita. Demi diriku yang berada di tangan-Nya, tidak akan pernah seorang lelaki yang berduaan dengan seorang wanita, melainkan syetan akan masuk diantara mereka. Seorang lelaki yang mendapat dengan babi yang penuh dengan lumpur, masih lebih baik daripada ia merapat dengan para wanita yang tidak halal baginya”. (Thabrani)
Islam yang bijaksana tahu persis bahaya dan akibat pergaulan yang tidak tertera dalam kehidupan individu dan umat, tatkala dorongan birahi sudah memuncak. Karena syari’at Islam sudah membuat berbagai cara penanggulangan dan proteksi, yang bisa menghalangi terlepasnya hasrat birahi  dari pagarnya. Maka Islam menaruh perhatian terhadap penguatan ketakutan kepada Allah pada diri manusia, dengan memperkuat fitrah rasa malu, agar perasaan ini bisa menjadi pengontrol secara internal. Islam juga mensyariatkan hijab pada wanita agar dia menutupi keindaha dirinya dari lelaki, meminta izin tatkala memasuki suatu rumah, menyuruhnya agar menundukan pandangan mata, baik dari lelaki maupun wanita, melarang bergaul bebas antara laki-laki dan wanita, memperingatkan wanita bepergian tanpa disertai mahram, dan memberi hukuman bagi orang yang melanggar larangan ini.
Ditulis dalam Nailul Authar, bab ‘Larangan Berkhalwat dengan Wanita bukan Mahram’ : Berkhalwat dengan wanita lain sudah disepakati oleh para ulama tentang pengharamannya, sebagaimana hal ini telah dikisahkan Al-Hafizh di dalam Al-Fath. Alasan pengharaman tersebut, karena apa yang disebut di dalam hadits tentang keberadaan syetan sebagai orang ketiga dari keduanya, yang bisa menyeret keduanya kedalam kedurhakaan. Namun jika khalwat disertai oleh mahram, itu dibolehkan, karena kemungkinan terjadinya kedurhakaan bisa dicegah karena kehadiran mahram tersebut.
Sebab tabiat kekerabatan ini cendrung mendorong laik-laki lebih berani memasuki twmpat wanita, karena beralasan adnya hubungan kerabat. Sehingga mereka berani mengetuk pintu, baik pada siang maupun malam hari, baik pada kepentingan ataupun tidak ada. Tetapi justru tidak jarang bisa merenggangkan hubungan kerabat atau bahkan perceraian. Lukman berwasiat kepada anak laki-lakinya. “Takutlah kamu terhadap wanita yang buruk karena ia membantumu beruban sebelum kamu beruban. Dan takutlah wanita-wanita karena mereka tidak mengajak kepada kebaikan dan berhati-hatilah kamu dalam memiliki mereka”.
Share:

Wanita Shalihah

Bismillahirrahmanirrahim 

Segala puji hanya dipersembahkan kepada Allah, Tuhan Yang Memelihara alam semesta. Akibat yang baik hanya bagi orang­orang yang bertakwa. Semoga Allah berkenan melimpahkan rahmat dan salam kepada penutup para nabi dan rasul pamungkas, pada segenap keluarga dan para sahabatnya.
Rasulullah saw. pun bersabda: “Kejahatan seorang wanita jahat adalah seperti jahatnya seribu orang jahat dari kaum lelaki. Kebaikan seorang wanita yang shalilah adalah seperti amalannya tujuh puluh orang-orang shiddiqin.” (Abu Syaikh)

Alim ulama mengatakan bahwa “Shiddiqin” adalah derajat para wali Allah. Hal ini menunjukkan ketinggian derajat seorang wanita yang shalihah. Kaum wanita memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap roda kehidupan dunia ini, bahkan terhadap kaum lelaki sekali pun. Ustadz Hasan Al Bana menulis bahwa wanitalah yang mewarnai kehidupan dengan corak yang nyata. Hal ini disebabkan karena wanita adalah pendidik utama yang memproduksi bangsa. Wanitalah yang menjadi penentu arah masyarakat.

Syekh Ibrahim Ali mengatakan bahwa seorang wanita jika sudah dominan dalam kehidupan pria, maka ia akan menjadi buah hati dan ruhnya. Bahkan akan menjadi segenap badan dan perasaan pria. Semua tindakan kebaikan atau kejahatan yang dilakukan oleh seorang pria, karena dorongan dari wanita.

Pikiran dan amalan para wanita muslimah akan ikut serta berhembus dengan angin, mengalir dengan air, menyatu dengan tanah tanpa memerlukan kendaraan untuk membawanya, tanpa memerlukan tenaga untuk mengangkutnya. Kebaikankah yang akan merebak, ataukah kejahatan? Semua bergantung kepada amalan para wanita.

Selanjutnya beliau mengatakan bahwa banyak ulama dan para tokoh bila tergoda oleh wanita, maka rusaklah perjalanan hidupnya. Hal itu bukan disebabkan karena kepandaian wnita lebih jauh dan lebih luas daripada lelaki, tetapi karena kekuatan ghaib titipan Allah dan daya pesona wanitalah yang mampu menggoncangkan pria.

Walaupun kaum wanita juga dikatakan sebagai fitnahm akan tetapi kata fitnah ini harus diartikan dengan maksud yang positif. Peringatan Allah agar berwaspada terhadap fitnah yang timbul dari wanita, sama eperti peringatan-Nya terhadap fitnah harta dan anak-anak, tidak berarti semuanya buruk dan jahat. Tetapi sebagai ungkapan bahwa sikap yang berlebihan dalam menggantungkan diri pada semua itu mencapai suatu batas yang dapat menimbulkan fitnah, dan lupa diri dari dzikrullah.

Disebabkan lemahnya usia dakwah, maka nilai dan keutamaan wanita telah menjadi kabur, bahkan sebagian besar dari kalangan wanita telah dislewengkan oleh syetan untuk menjadi pembantu-pembantunya dalam usaha kemungkaran. Dan dijauhkan dari nilai kemuliaan yang sebenarnya kepada deajat yang sangat rendah dan hina. Dan sangat sedikit di antara kaum wanita yang menyadari hakekat keutamaan yang ada pada diri mereka. Sabda Nabi saw : ”Permisalan wanita shalihah dari kalangan para wanita adalah seperti burung gagak hitam yang salah satu kakinya berwarna putih.” (Thabrani)

Ungkapan ini bermakna demikian sedikit wanita-wanita yang tergolong menjadi wanita shalihah. Hal ini dimaksudkan agar menjadi renungan dan penghisaban kaum wanita atas keselamatan dirinya sehingga akan berusaha dengan tenaga untuk mendapatkan kesempatan yang sedikit ini. Tanpa ada rasa pesimis ataupun kekhawatiran.

Sebagaimana kisah Aisah istri Fir’aun. Di tengah-tengah kaum yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, ia tetap berpegang teguh kepada Allah AWT. Walaupun untuk menjaga keimanan tersebut, ia harus menerima kematian di tangan suaminya sendiri, yaiu Fir’aun la’natullau ‘alaihi. Sehingga atas keteguhannya ini Rasulallah saw. bersada bahwa wanita yang terbaik dan paling sempurna adalah Aisah istri Fir’aun dan Maryam. Bahkan Ibnu Qurtubi dan Hafizh Ibnu Hajarraha menganggap mereka berdua adalah Nabi Allah
Share:

07 Januari 2016

Hukum memaki sesama orang Islam

Bismillahirrahmanirrahiim 
Segala puji hanya dipersembahkan kepada Allah, Tuhan Yang Memelihara alam semesta. Akibat yang baik hanya bagi orang­orang yang bertakwa. Semoga Allah berkenan melimpahkan rahmat dan salam kepada penutup para nabi dan rasul pamungkas, pada segenap keluarga dan para sahabatnya.
Ketahuilah bahwa membenci, memboikot dan berseberangan dengan kaum muslimin adalah haram, memaki orang Islam adalah tindakan fasiq dan memeranginya adalah tindakan kufur jika menilai tindakan tersebut adalah halal.
Kisah mengenai Khalid ibn Walid bersama pasukannya ketika menuju Bani Jadzimah untuk mengajak mereka masuk Islam cukup digunakan untuk menolak pemahaman harfiah (literal) dari judul di atas. Saat Khalid tiba di tempat mereka, mereka menyambutnya. Lalu Khalid mengeluarkan instruksi, “Peluklah agama Islam!”. “ Kami adalah kaum muslimin,” Jawab mereka. “ Letakkan senjata kalian dan turunlah.” Lanjut Khalid. “Tidak, demi Allah. Karena setelah senjata diletakkan pasti ada pembunuhan. Kami tidak bisa mempercayai kamu dan orang-orang yang bersama kamu.” Jawab mereka kembali. “Tidak ada perlindungan buat kalian kecuali jika kalian mau turun,” Kata Khalid. Akhirnya sebagian kaum manuruti perintah Khalid dan sisanya tercerai berai. 
Dalam riwayat lain redaksinya sbb : Ketika Khalid tiba bertemu mereka, mereka menyambutnya. Lalu Khalid bertanya, “Siapakah kalian? Apakah kaum muslimin atau kaum kafir?”. “Kami adalah kaum muslimin yang menjalankan sholat, membenarkan Muhammad, membangun masjid di tanah lapang kami dan mengumandangkan adzan di dalamnya.” Jawab mereka. Dalam lafadz hadits, mereka tidak bisa mengucapkan Aslamnaa , akhirnya mereka mengatakan Shoba’naa Shoba’naa. “ Buat apa senjata yang kalian bawa?, tanya Khalid. “Ada permusuhan antara kami dan sebuah kaum Arab. Oleh karena itu kami khawatir kalian adalah mereka hingga kami pun membawa senjata.” Jawab mereka. “ Letakkan senjata kalian!” Perintah Khalid. Mereka pun mengikuti perintah Khalid untuk meletakkan senjata. “Menyerahlah kalian semua sebagai tawanan!” Lanjut Khalid. Kemudian Khalid menyuruh sebagian dari kaum untuk mengikat sebagian yang lain dan membagikan mereka kepada pasukannya. Ketika tiba waktu pagi, juru bicara Khalid berteriak : “Siapapun yang memiliki tawanan bunuhlah ia!”. Maka Banu Sulaim membunuh tawanan mereka. Namun kaum Muhajirin dan Anshor menolak perintah ini. Mereka malah melepaskan para tawanan. Ketika tindakan Khalid ini sampai kepada Nabi SAW, beliau berkata, “ Ya Allah, saya tidak bertanggung jawab atas tindakan Khalid.” Beliau mengulang ucapan ini dua kali. 
Ada pendapat yang menyatakan bahwa Khalid mengira mereka mengatakan Shoba’naa Shoba’naa dengan angkuh dan menolak tunduk kepada Islam. Hanya saja yang disesalkan Rasulullah adalah ketergesa-gesaan dan ketidak hati-hatiannya dalam menangani kasus ini sebelum mengatahui terlebih dulu apa yang dimaksud dengan Shoba’naa Shoba’naa. Nabi SAW sendiri pernah mengatakan, “ Sebaik-baik hamba Allah adalah saudara kabilah Qurays ; Khalid ibn Walid, salah satu pedang Allah yang terhunus untuk menghancurkan orang-orang kafir dan munafik”. 
Persis seperti apa yang dialami Khalid adalah peristiwa yang menimpa Usamah ibn Zaid kekasih dan putra kekasih Rasulullah SAW berdasarkan hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dari Abi Dzibyan. Abi Dzibyan berkata, “Saya mendengar Usamah ibn Zaid berkata, “Rasulullah SAW mengirim kami ke desa Al-Huraqah. Kemudian kami menyerang mereka di waktu pagi dan berhasil mengalahkan mereka. Saya dan seorang laki-laki Anshar mengejar seorang laki-laki Bani Dzibyan. Ketika kami berdua telah mengepungnya tiba-tiba ia berkata, “La Ilaaha illallah”. Ucapan laki-laki ini membuat temanku orang Anshor mengurungkan niat untuk membunuhnya namun saya menikamnya dan diapun mati. Ketika kami tiba kembali di Madinah, Nabi SAW telah mendengar informasi tentang tindakan pembunuhan yang saya lakukan. Beliau pun berkata, “ Wahai Usamah! Mengapa engkau membunuhnya setelah dia mengatakan La Ilaaha illallah?.” “Dia hanya berpura-pura,” Jawabku. Nabi mengucapkan pertanyaannya berulang-ulang sampai-sampai saya berharap baru masuk Islam pada hari tersebut. 
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW berkata kepada Usamah, “Mengapa tidak engkau robek saja hatinya agar kamu tahu apakah dia sungguh-sungguh atau berpura-pura?”. “Saya tidak akan pernah lagi membunuh siapapun yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah”. Kata Usamah.
Sayyidina Ali RA pernah ditanya mengenai kelompok-kelompok yang menentangnya, “Apakah mereka kafir?”. “Tidak,” jawab Ali, “Mereka adalah orang-orang yang menjauhi kekufuran”. “Apakah mereka kaum munafik?”. “Bukan, orang-orang munafik hanya sekelebat mengingat Allah sedang mereka banyak mengingat Allah”. “Terus siapakah mereka?” Ali kembali ditanya. “Mereka adalah kaum yang terkena fitnah yang mengakibatkan mereka buta dan tuli”, jawab Ali.

_____________________________________
Source: Kitab  Mafahim Yajibu An Tushahah

Share:

Post