Jangan marahi anak di masjid/musholla
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَلَهُ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَإِلَيْهِ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُوْ رَحْمَتَهُ وَنَخْشَى عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَهُ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ. أَشْهَدُ أن لاَّ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ ,أَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا مُحمَّدٍ, سَيِّدِ المُرْسَلِيْن, وَإِمَامِ الْمُهْتَدِيْن وَ قَائِدِ الْمُجَاهِدِيْن, وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْن. رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ. أَمَّا بَعْد. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. وَقَالَ النَّبِيُ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي).
Ma’asyiral Muslimin
rohimakumulloh.
Minongko purwokoning atur, keparengo kawulo ngajak dumateng awak soho keluargo kulo piyambak lan umumipun dumateng panjenengan sedoyo engkang hadir lan mirengaken khutbah meniko, monggo sesarengan sami ningkataken raos ajrih dumateng ngerso dalem Allah SWT kanthi nebihi awisan-awisanipun lan nglampahi punopo ingkang dipun dawuhaken Allah SWT.
Ma’asyiral Muslimin
rohimakumulloh.
Pernahkah anda melihat anak-anak kecil begitu riang dan gembira saat berada dalam mesjid/Musholla pada saat melaksana shalat berjamaah maupun shalat lainnya? Mungkin terkadang kita merasa terganggu dengan keberadaan mereka, merasa menjadi kurang khusu’ dalam beribadah jika ada anak-anak kecil. Tidak sedikit jamaah maupun pengurus mesjid/musholla matanya melotot penuh amarah, kata-kata bernada tinggi dan bibir yang nampak geram terhadap perilaku anak-anak kecil yang masih polos ini “Bocah-bocah iki, Nek nong mesjid/mushola penggaweane ribuuuut terus, ora iso diatur.” Ia mendengus, sebal sekali “dikandani ora tau gatekno, di umbarno sediluk, ribut meneh”.” ia menggeleng-geleng kepala keheranan.
Ma’asyiral Muslimin
rohimakumulloh.
Di saat yang lain, pengurus/jamaah yang sering marah ini, juga terkadang bapak-bapak lainya, sering menghardik anak-anak “kono do mulih, nek ora iso di kandani”. Mereka membentak, memarahi anak kecil yang sedang berlarian. Anak-anak ini lalu mengkerut, seperti potongan kerupuk kecil yang tenggelem di mangkuk sop ayam. Ada rasa kasihan, iba menyaksikan mereka. Tapi di sisi lain, hati saya juga berkata, anak-anak yang ramai dan membuat gaduh di masjid memang seharusnya diingatkan. Tidak bisa dibiarkan begitu saja. Mungkin caranya yang harus diperhalus, jangan mengerikan. Apalagi sangar. Mengingat hal inilah, saya kepikiran untuk menulis khotbah tentang anak-anak yang ribut dan membuat gaduh di masjid ataupun musolla.
Ma’asyiral Muslimin
rohimakumulloh.
Islam
melarang mengusir anak-anak keluar masjid/musholla. Islam justru mewajibkan
umatnya membiasakan anak-anak datang ke
masjid/musholla untuk belajar shalat, belajar
membaca Al-Quran dan belajar hukum syariat lainnya. Orang tua harus menanamkan
‘aqidah yang benar terhadap anak-anaknya jangan sampai syirik menyekutukan
Allah, dan wajib menyuruh mereka untuk
mendirikan sholat.
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ
عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ
لِلتَّقْوَىٰ
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa (Toha:132).
Dari perintah ayat di atas, Diusia dini sudah kewajiban seorang tua muslim memperkenalkan anak-anaknya mengenal allah Swt. Perlu kita sama-sama ketahui, ini adalah ujian ke khusu’an kita saat beribadah kepada Allah, mampu bersabar, mudah jengkel atau tidak, dan masih bias fokus atau tidak saat beribadah, pikirannya melantur kemana-mana memikirkan orang tua anak kecil tersebut, dan berbicara sendiri di dalam hati (Ngapain sih bawa anak kecil segala mengganggu orang lain saat beribadah, Padahal orang yang marah ini sedang Shalat. Atau Anak siapa sih ini nakal bener dll) Pengusiran dan penghardikan anak-anak di masjid/musholla mungkin menjadi pemandangan biasa di sekitar kita. Mata-mata tajam dan kata-kata kasar sering keluar. Terpampang Jelas di otaknya antara wajah sangar orangtua di rumah yang menghalaunya ke mesjid “ora ndang nong musholla tak betet nggo pecut kapok, ndang budal ora” dan wajah seram pengurus/jamaah yang mengusirnya dari masjid/musholla. Hal ini seolah merenggut kebahagiaan masa kecilnya, jika anak-anak muslim berlari riang tawa di mesjid itulah ciri khas anak-anak tetapi kalau yang berlari dan tertawa itu orangtua/dewasa baru wajib di usir. Wahai saudaraku, ketauhuilah mereka anak-anak itu, sebenarnya malaikat yang sedang bergembira di rumah Tuhan-Nya
Ma’asyiral Muslimin
rohimakumulloh.
Perlu
sampeyan mangertosi Dunia anak kecil adalah dunia Bermain
Kulo sampeyan kabeh pasti pernah mengalami masa ini. Saat-saat yang menyenangkan ketika hidup belum banyak beban dan tanggung jawab yang diemban. Hari-hari adalah permainan, bersenang-senang, dan melakukan banyak hal. Anak-anak suka mencoba sesuatu yang baru. Datang ke masjid membawa sarung. Bukannya dipakai untuk shalat dengan baik, malah digunakan untuk yang lain: diikatkan di leher dan membiarkannya melayang-layang di belakang. Mungkin mereka ingin jadi superman (atau batman). Kadang-kadang, sarung diikat bagian ujungnya menjadi lebih bulat dan berat, lalu dijadikan pentungan. Diayunkan sekuat tenaga dan diarahkan ke temannya. Nanti, mereka akan saling kejar dan bergantian saling pukul. Jadilah mereka main perang-perangan dengan sarung sebagai senjata andalan. Atau, sarung dibentangkan di lantai. Satu anak duduk di atasnya, berpegangan pada sarung itu ketika ujung yang lain ditarik oleh teman yang lainnya. Mereka gunakan sarung untuk kendaraan. Bergantian saling tarik-tarikan.
Ma’asyiral Muslimin
rohimakumulloh.
Saya yakin, juga percaya sekali, kita semua yang sudah tua sekarang, pasti dulu adalah pelaku keributan di masjid. Malah boleh jadi, kita semua pernah melakukan apa-apa yang saya sebutkan di atas, bukan? Atau justru lebih ekstrim? Caba kulo sampeyan Ingat, masa-masa itu menyenangkan sekali, to? Itu masih sarung, belum yang lainnya. Maka bisa dibayangkan potensi keributan yang akan ditimbulkan mereka. Begitulah anak-anak, dunia mereka adalah bermain. Maka dimanapun tempatnya, mereka akan bermain. Kalau ngeliat anak-anak berkejar-kejaran di masjid/mushola, ingat saja lagi, toh kita dulu, ketika kecil, boleh jadi malah lebih parah daripada itu.
Ma’asyiral Muslimin
rohimakumulloh.
Anak-anak bermain di masjid nggak salah, yang salah adalah kalau orang dewasa yang di masjid malah main-main. Wis Ora pantes blas. Sepanjang saya membaca sirah nabawiyah, saya belum menemukan ada kisah nabi Muhammad yang sampai menghardik anak-anak. Rasulullah tidak pernah marah kepada mereka, Rasulullah penyayang. Lalu mengapa orang-orang dewasa memarahi anak-anak yang ribut di masjid? Ini terjadi, tidak lain karena orang-orang dewasa, sebagian besar tidak paham dunia anak-anak. Di benak mereka, anak-anak adalah orang lain, sehingga ia merasa anak-anak harus seperti dia. Diam dan khusyuk ketika menjalankan ibadah. Ini masalahnya! Ketika kita mengharapkan orang lain harus sama seperti kita, maka akan ada konflik. Nggak mungkin bisa. Orang lain punya sifat unik masing-masing. Maka bersikaplah adil, jangan memaksa orang lain harus mengikuti apa yang kita inginkan. Apalagi jika hal ini dilakukan kepada anak-anak. Orang dewasa berpikir, bahwa anak-anak, ketika di masjid, harus diam. Nggak boleh ribut. Mereka harus seperti orang dewasa. Harus duduk, memegang tasbih, dan komat-kamit. Berdzikir khidmat sekali sambil mengingat Allah. Walau barangkali ada yang bisa. Tapi jumlahnya sangatlah sedikit sekali bahkan anak kita sendiri mungkin tidak akan pernah bias melakukannya. Dunia anak-anak tidak demikian. Anak-anak dan orang dewasa berbeda. Mengharapkan anak-anak seperti orang dewasa, agak berat. Juga sebaliknya, melihat orang dewasa bertingkah seperti anak-anak, kok rasa-rasanya nggak pantes. Karena perbedaan inilah, maka orang dewasa harus memahami mereka. Bukan sebaliknya, anak-anak yang harus memahami kita.
Ma’asyiral Muslimin
rohimakumulloh.
Lalu, bagaimana jika mengatasi anak-anak yang ribut di masjid? Pertama, Imam harus mempercepat shalatnya. Rasulullah melakukan demikian, ketika ada anak-anak yang menangis, maka beliau mempercepat bacaan shalatnya. Pikiran saya, jika ada anak-anak yang ributnya nggak ketulungan, maka imam segera secepatnya, selesaikan shalat barulah imam/makmum menasihati baik-baik. Jangan menghardik, apalagi membentak. Kedua, Perlama shalatnya ini khusus bagi imam. Suatu ketika, ada cucu Rasulullah yang naik ke punggung Nabi Muhammad ketika sedang menjadi imam dan sedang sujud. Mendapati demikian, Rasulullah memperlama sujudnya, membiarkan cucunya puas bermain di punggung beliau (barangkali main kuda-kudaan) Ketiga, Orang tua si anak seharus ikut berjamaah ke masjid/musholla. Salah satu cara agar anak bisa sedikit lebih tertib di masjid adalah dengan diatur oleh orang tuanya sendiri. Jika anda orang tua, maka didik anak anda agar bisa lebih kalem ketika ada di masjid/musholla. Buatlah perjanjian kepada mereka, jika bisa diam di masjid, maka anda akan memberikannya hadiah, atau apalah agar anak bisa tertib. Ke empat, nasihati anak dengan baik. Benar bahwa dunia anak-anak adalah bermain, tapi ketika di masjid, nggak ada salahnya juga diberi nasihat. Asal cara menyampaikannya benar. Belai kepalanya dengan kasih sayang, tersenyumlah dengan tulus, dan bilangi yang baik.
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ
بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ
ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). ( Lukman 17)
Ma’asyiral Muslimin
rohimakumulloh.
Secara
pribadi, saya sebenarnya merasa senang jika di masjid ada anak-anak yang
berlarian kesana kemari. Pertama,
dengan adanya mereka, saya ingat masa-masa kecil saya dulu yang tidak jauh
berbeda. Kedua, adanya anak-anak di
masjid/musholla juga menandakan bahwa generasi kita masih ada harapan akan
terpaut hatinya kepada masjid/musholla. Jika sejak kecil anak-anak yang ada di
masjid/musholla sudah mendapatkan perlakuan buruk (dibentak, dimarah-marahi,
apalagi sampai dipukul, melototi di ancam tidak boleh lagi ikut ke
mesjid/musholla), tidak menutup kemungkinan akan tertanam perasaan di alam
bawah sadar mereka, bahwa “Masjid/musholla adalah tempat yang tidak bersahabat/tidak
nyaman, tempat yang tidak menyenangkan. Tempatku bukan di masjid/musholla. Disana
aku dimarah-marahi, dibentak-bentak, dipelototi, di pukul orang dewasa. Aku
tidak betah di masjid/musholla!”
Jika
sudah seperti ini, bahaya sekali. Apalagi jika perasaan itu tertanam terus
hingga ia dewasa. Akhirnya, anak ini mencari tempat lain yang bisa menerimanya
tanpa ada perlakuan kasar: nongkrong di rental
PS, nongkrong di pos-pos pinggir-pinggir
jalan, nongkrong di klub malam, kafe,
atau nongkrong di tempat-tempat lain yang tentu saja jauh dari kegiatan ibadah.
Jika sudah begini, jangan sampai orang-orang tua lalu bilang seenak hatinya,
“Anak-anak muda jaman sekarang nggak ada lagi yang dekat ke masjid/musholla!” Ladalah,
padahal, boleh jadi justru dia yang menciptakan keadaan anak-anak jadi seperti
itu, Allah Swt memerintahkan kepada kita
agar meneladani Rasulullah pada segala hal, baik terkait urusan dunia maupun
akhirat, Termasuk cara bersikap kepada anak-anak kecil yang berada dalam mesjid/musholla.
Kita harus belajar dan mengikuti Serta meneladani Rasulullah dalam membiasakan
anak-anak kita untuk mendatangi masjid dan bermain di masjid.
Mugi-mugi bermanfaat, Amin
Allohumma ...Amiin.
اَعُوْذُ باِلله مِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۚ
وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْأَلْكُمْ
أَمْوَالَكُمْ
باَرَكَ اللهُ ليِ
وَلَكُمْ فيِ ْالقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ – وَنَفَعَنيِ وَإِياَّكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ – وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْم – أَقُوْلُ قَوْليِ هَذَا
وَاسْتَغْفُرُ اللهَ اْلعَظِيْم ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَات وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَات فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ
هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.
Khutbah
II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ
وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ
وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ.
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى
اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا ,اَمَّا بَعْدُ;
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى .وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ
بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ
اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ
اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان
وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي
التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ
وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ
الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ
وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ
وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ
اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ
فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا
بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
0 comments:
Posting Komentar