Slide 1

Go to reading quran.

Slide 2

Bolehkah melihat kemaluan pasangan.

Slide 3

Bolehkah Suami menyusu istri.

Slide 4

Hadiah Fatekhah dan Tahlilan.

Slide 5

Bolehkan Ibu Hamil Ziarah Kubur.

09 Agustus 2025

Khotbah Jum'at singkat : Jangan marahi anak di masjid/musholla

 

Jangan marahi anak di masjid/musholla 

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَلَهُ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَإِلَيْهِ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُوْ رَحْمَتَهُ وَنَخْشَى عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَهُ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ. أَشْهَدُ أن لاَّ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ ,أَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا مُحمَّدٍ, سَيِّدِ المُرْسَلِيْن, وَإِمَامِ الْمُهْتَدِيْن وَ قَائِدِ الْمُجَاهِدِيْن, وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْن. رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ. أَمَّا بَعْد. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. وَقَالَ النَّبِيُ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي).


Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Minongko purwokoning atur, keparengo kawulo ngajak dumateng awak soho keluargo kulo piyambak lan umumipun dumateng panjenengan sedoyo engkang hadir lan mirengaken khutbah meniko, monggo sesarengan sami ningkataken raos ajrih dumateng ngerso dalem Allah SWT kanthi nebihi awisan-awisanipun lan nglampahi punopo ingkang dipun dawuhaken Allah SWT.

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Pernahkah anda melihat anak-anak kecil begitu riang dan gembira saat berada dalam mesjid/Musholla  pada saat melaksana shalat berjamaah maupun shalat lainnya? Mungkin terkadang kita merasa terganggu dengan keberadaan mereka, merasa menjadi kurang khusu’ dalam beribadah jika ada anak-anak kecil.  Tidak sedikit jamaah maupun pengurus mesjid/musholla matanya melotot penuh amarah, kata-kata bernada tinggi dan bibir yang nampak geram terhadap perilaku anak-anak kecil yang masih polos ini “Bocah-bocah iki, Nek nong mesjid/mushola penggaweane  ribuuuut terus, ora iso diatur.” Ia mendengus, sebal sekali “dikandani ora tau gatekno, di umbarno sediluk, ribut meneh”.” ia menggeleng-geleng kepala keheranan.

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Di saat yang lain, pengurus/jamaah yang sering marah ini, juga terkadang bapak-bapak lainya, sering  menghardik anak-anak “kono do mulih, nek ora iso di kandani”. Mereka membentak, memarahi anak kecil yang sedang berlarian. Anak-anak ini lalu mengkerut, seperti potongan kerupuk kecil yang tenggelem di mangkuk sop ayam. Ada rasa kasihan, iba menyaksikan mereka. Tapi di sisi lain, hati saya juga berkata, anak-anak yang ramai dan membuat gaduh di masjid memang seharusnya diingatkan. Tidak bisa dibiarkan begitu saja. Mungkin caranya yang harus diperhalus, jangan mengerikan. Apalagi sangar.  Mengingat hal inilah, saya kepikiran untuk menulis khotbah tentang anak-anak yang ribut dan membuat gaduh di masjid ataupun musolla.

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Islam melarang mengusir anak-anak keluar masjid/musholla. Islam justru mewajibkan umatnya  membiasakan anak-anak datang ke masjid/musholla untuk belajar shalat, belajar  membaca Al-Quran dan belajar hukum syariat lainnya. Orang tua harus menanamkan ‘aqidah yang benar terhadap anak-anaknya jangan sampai syirik menyekutukan Allah,  dan wajib menyuruh mereka untuk mendirikan sholat.

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa (Toha:132).

Dari perintah ayat di atas, Diusia dini sudah kewajiban seorang tua muslim memperkenalkan anak-anaknya mengenal allah Swt. Perlu kita sama-sama ketahui, ini adalah ujian ke khusu’an kita saat beribadah kepada Allah, mampu bersabar, mudah jengkel atau tidak, dan masih bias fokus atau tidak saat beribadah, pikirannya melantur kemana-mana memikirkan orang tua anak kecil tersebut, dan berbicara sendiri di dalam hati (Ngapain sih bawa anak kecil segala mengganggu orang lain saat beribadah, Padahal orang yang marah ini sedang Shalat. Atau Anak siapa sih ini nakal bener dll) Pengusiran dan penghardikan anak-anak di masjid/musholla mungkin menjadi pemandangan biasa di sekitar kita. Mata-mata tajam dan kata-kata kasar sering keluar. Terpampang Jelas di otaknya antara wajah sangar orangtua di rumah yang menghalaunya ke mesjid “ora ndang nong musholla tak betet nggo pecut kapok, ndang budal ora” dan wajah seram pengurus/jamaah yang mengusirnya dari masjid/musholla. Hal ini seolah merenggut kebahagiaan masa kecilnya, jika anak-anak muslim berlari riang tawa di mesjid itulah ciri khas anak-anak tetapi kalau yang berlari dan tertawa itu orangtua/dewasa baru wajib di usir. Wahai saudaraku, ketauhuilah mereka anak-anak itu, sebenarnya malaikat yang sedang bergembira di rumah Tuhan-Nya

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Perlu sampeyan mangertosi Dunia anak kecil adalah  dunia Bermain

Kulo sampeyan kabeh pasti pernah mengalami masa ini. Saat-saat yang menyenangkan ketika hidup belum banyak beban dan tanggung jawab yang diemban. Hari-hari adalah permainan, bersenang-senang, dan melakukan banyak hal. Anak-anak suka mencoba sesuatu yang baru. Datang ke masjid membawa sarung. Bukannya dipakai untuk shalat dengan baik, malah digunakan untuk yang lain: diikatkan di leher dan membiarkannya melayang-layang di belakang. Mungkin mereka ingin jadi superman (atau batman).  Kadang-kadang, sarung diikat bagian ujungnya menjadi lebih bulat dan berat, lalu dijadikan pentungan. Diayunkan sekuat tenaga dan diarahkan ke temannya. Nanti, mereka akan saling kejar dan bergantian saling pukul. Jadilah mereka main perang-perangan dengan sarung sebagai senjata andalan. Atau, sarung dibentangkan di lantai. Satu anak duduk di atasnya, berpegangan pada sarung itu ketika ujung yang lain ditarik oleh teman yang lainnya. Mereka gunakan sarung untuk kendaraan. Bergantian saling tarik-tarikan.

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Saya yakin, juga percaya sekali, kita semua yang sudah tua sekarang, pasti dulu adalah pelaku keributan di masjid. Malah boleh jadi, kita semua pernah melakukan apa-apa yang saya sebutkan di atas, bukan? Atau justru lebih ekstrim? Caba kulo sampeyan Ingat, masa-masa itu menyenangkan sekali, to?  Itu masih sarung, belum yang lainnya. Maka bisa dibayangkan potensi keributan yang akan ditimbulkan mereka. Begitulah anak-anak, dunia mereka adalah bermain. Maka dimanapun tempatnya, mereka akan bermain. Kalau ngeliat anak-anak berkejar-kejaran di masjid/mushola, ingat saja lagi, toh kita dulu, ketika kecil, boleh jadi malah lebih parah daripada itu.

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Anak-anak bermain di masjid nggak salah, yang salah adalah kalau orang dewasa yang di masjid malah main-main. Wis Ora pantes blas. Sepanjang saya membaca sirah nabawiyah, saya belum menemukan ada kisah nabi Muhammad yang sampai menghardik anak-anak. Rasulullah tidak pernah marah kepada mereka, Rasulullah penyayang. Lalu mengapa orang-orang dewasa memarahi anak-anak yang ribut di masjid? Ini terjadi, tidak lain karena orang-orang dewasa, sebagian besar tidak paham dunia anak-anak. Di benak mereka, anak-anak adalah orang lain,  sehingga ia merasa anak-anak harus seperti dia. Diam dan khusyuk ketika menjalankan ibadah. Ini masalahnya! Ketika kita mengharapkan orang lain harus sama seperti kita, maka akan ada konflik. Nggak mungkin bisa. Orang lain punya sifat unik masing-masing. Maka bersikaplah adil, jangan memaksa orang lain harus mengikuti apa yang kita inginkan. Apalagi jika hal ini dilakukan kepada anak-anak. Orang dewasa berpikir, bahwa anak-anak, ketika di masjid, harus diam. Nggak boleh ribut. Mereka harus seperti orang dewasa. Harus duduk, memegang tasbih, dan komat-kamit. Berdzikir khidmat sekali sambil mengingat Allah. Walau barangkali ada yang bisa. Tapi jumlahnya sangatlah sedikit sekali bahkan anak kita sendiri mungkin tidak akan pernah bias melakukannya. Dunia anak-anak tidak demikian. Anak-anak dan orang dewasa berbeda. Mengharapkan anak-anak seperti orang dewasa, agak berat. Juga sebaliknya, melihat orang dewasa bertingkah seperti anak-anak, kok rasa-rasanya nggak pantes. Karena perbedaan inilah, maka orang dewasa harus memahami mereka. Bukan sebaliknya, anak-anak yang harus memahami kita.

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Lalu, bagaimana jika mengatasi anak-anak yang ribut di masjid? Pertama, Imam harus mempercepat shalatnya. Rasulullah melakukan demikian, ketika ada anak-anak yang menangis, maka beliau mempercepat bacaan shalatnya. Pikiran  saya, jika ada anak-anak yang ributnya nggak ketulungan, maka imam segera secepatnya, selesaikan shalat  barulah imam/makmum menasihati baik-baik. Jangan menghardik, apalagi membentak. Kedua, Perlama shalatnya ini khusus bagi imam. Suatu ketika, ada cucu Rasulullah yang naik ke punggung Nabi Muhammad ketika sedang menjadi imam dan sedang sujud. Mendapati demikian, Rasulullah memperlama sujudnya, membiarkan cucunya puas bermain di punggung beliau (barangkali main kuda-kudaan) Ketiga, Orang tua si anak seharus ikut berjamaah ke masjid/musholla. Salah satu cara agar anak bisa sedikit lebih tertib di masjid adalah dengan diatur oleh orang tuanya sendiri. Jika anda orang tua, maka didik anak anda agar bisa lebih kalem ketika ada di masjid/musholla. Buatlah perjanjian kepada mereka, jika bisa diam di masjid, maka anda akan memberikannya hadiah, atau apalah agar anak bisa tertib. Ke empat, nasihati anak dengan baik. Benar bahwa dunia anak-anak adalah bermain, tapi ketika di masjid, nggak ada salahnya juga diberi nasihat. Asal cara menyampaikannya benar. Belai kepalanya dengan kasih sayang, tersenyumlah dengan tulus, dan bilangi yang baik.

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). ( Lukman 17)

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Secara pribadi, saya sebenarnya merasa senang jika di masjid ada anak-anak yang berlarian kesana kemari. Pertama, dengan adanya mereka, saya ingat masa-masa kecil saya dulu yang tidak jauh berbeda. Kedua, adanya anak-anak di masjid/musholla juga menandakan bahwa generasi kita masih ada harapan akan terpaut hatinya kepada masjid/musholla. Jika sejak kecil anak-anak yang ada di masjid/musholla sudah mendapatkan perlakuan buruk (dibentak, dimarah-marahi, apalagi sampai dipukul, melototi di ancam tidak boleh lagi ikut ke mesjid/musholla), tidak menutup kemungkinan akan tertanam perasaan di alam bawah sadar mereka, bahwa “Masjid/musholla adalah tempat yang tidak bersahabat/tidak nyaman, tempat yang tidak menyenangkan. Tempatku bukan di masjid/musholla. Disana aku dimarah-marahi, dibentak-bentak, dipelototi, di pukul orang dewasa. Aku tidak betah di masjid/musholla!”

Jika sudah seperti ini, bahaya sekali. Apalagi jika perasaan itu tertanam terus hingga ia dewasa. Akhirnya, anak ini mencari tempat lain yang bisa menerimanya tanpa ada perlakuan kasar:  nongkrong di rental PS,  nongkrong di pos-pos pinggir-pinggir jalan,  nongkrong di klub malam, kafe, atau nongkrong di tempat-tempat lain yang tentu saja jauh dari kegiatan ibadah. Jika sudah begini, jangan sampai orang-orang tua lalu bilang seenak hatinya, “Anak-anak muda jaman sekarang nggak ada lagi yang dekat ke masjid/musholla!” Ladalah, padahal, boleh jadi justru dia yang menciptakan keadaan anak-anak jadi seperti itu,  Allah Swt memerintahkan kepada kita agar meneladani Rasulullah pada segala hal, baik terkait urusan dunia maupun akhirat, Termasuk cara bersikap kepada anak-anak kecil yang berada dalam mesjid/musholla. Kita harus belajar dan mengikuti Serta meneladani Rasulullah dalam membiasakan anak-anak kita untuk mendatangi masjid dan bermain di masjid.

Mugi-mugi  bermanfaat, Amin Allohumma ...Amiin.

اَعُوْذُ باِلله مِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ   بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۚ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ

باَرَكَ اللهُ ليِ وَلَكُمْ فيِ ْالقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ – وَنَفَعَنيِ وَإِياَّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ – وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْم – أَقُوْلُ قَوْليِ هَذَا وَاسْتَغْفُرُ اللهَ اْلعَظِيْم ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَات وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَات فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا  مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا ,اَمَّا بَعْدُ; فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى .وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

 

Share:

Khutbah Pendek Jawa : Tiga pesan Idul Adha

 

Tiga pesan Idul Adha 

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ كُلَّمَا هَلَّ هِلاَلٌ وَاَبْدَرَ اللهُ اَكْبَرْ كُلَّماَ صَامَ صَائِمٌ وَاَفْطَرْ اللهُ اَكْبَرْكُلَّماَ تَرَاكَمَ سَحَابٌ وَاَمْطَرْ وَكُلَّماَ نَبَتَ نَبَاتٌ وَاَزْهَرْوَكُلَّمَا اَطْعَمَ قَانِعُ اْلمُعْتَرْ. اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِى اْلمَحْشَرْ نَبِيَّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. أَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا مُحمَّدٍ, سَيِّدِ المُرْسَلِيْن, وَإِمَامِ الْمُهْتَدِيْن وَ قَائِدِ الْمُجَاهِدِيْن, وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ. اللهُ اَكْبَرْ. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ  

 


اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Minongko purwokoning atur, keparengo kawulo ngajak dumateng awak soho keluargo kulo piyambak lan umumipun dumateng panjenengan sedoyo engkang hadir lan mirengaken khutbah meniko, monggo sesarengan sami ningkataken raos ajrih dumateng ngerso dalem Allah SWT kanthi nebihi awisan-awisanipun lan nglampahi punopo ingkang dipun dawuhaken. Allah sampun paring janji dhateng tiyang ingkang iman lan taqwa, Allah badhe paring margi ingkang gampil dhateng kawulanipun, margi ingkang awrat badhe dipun ringanaken, margi ingkang sisah badhe dipun gampilaken, margi ingkang peteng dhedhet badhe dipun padhangi lan saterasipun.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)

“Sapa wonge kang taqwa marang Allah mesthi Panjenengane bakal dadekake kajembaran kanggo dheweke, lan maringi rizki saking jurusan kang ora den kira-kirakake. Lan sapa wonge tawakal marang Allah, mesthi Allah bakal nyukupi (kaperluwane) dheweke”. (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Allah SWT zat ingkang Maha Kuwaos nanging Allah ugi Maha Welas Asih, wujud saking kuwaosipun Allah, kanthi qodrat lan irodatipun sedaya ingkang dipun kersakaken dening Allah saget maujud:

إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ

“Satemene tindake pangeran yen ngersakake (dumadine) sawiji-wiji iku amung ndhawuhake marang sawiji-wiji mau “dumadiya sira” mula banjur dumadi”. (QS. Yasin: 82)

Kanthi welas-asihipun, Allah saget mulyakaken dhateng kawulanipun lan kanthi kuwasanipun ugi saget dadosaken kawulanipun dados ina lan ashor. Mekaten punika kasebat ing dalem Alquran:

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Dhawuha sira (Muhammad): “Dhuh Gusti Pangeran ingkang kagungan kraton, Panjenengan maringi kraton punika dhumateng tiyang ingkang Panjenengan kersakaken lan Panjenengan mundhut wangsul kraton punika dhumateng tiyang ingkang Panjenengan kersakaken. Panjenengan mulyakaken dhumateng tiyang ingkang Panjenengan kersakaken lan Panjenengan ngasoraken dhumateng tiyang ingkang Panjenengan kersakaken. Inggih namung wonten ngarsa Panjenengan kemawon sedaya kesahenan. Lan sayektosipun Panjenengan punika dhamateng sedaya perkawis, ingkang Maha Kuwaos”. (QS. Ali Imran: 26)

 

اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Allah zat ingkang Welas Asih lan Maha Wicaksana, sedaya kawulanipun Allah kepingin dados tiyang ingkang gesangipun mulya, dipun cekapi sedaya ingkang dipun seja. Boten wonten tiyang ingkang kersa dipun paringi sakit lan cilaka, bendu lan rubeda. Sedaya manungsa ngersakaken gesang ingkang sakinah, mawaddah, rohmah, istiqomah, sejahtera lahir lan batinipun. Mekaten punika boten saget dipun perkoleh kanthi gratis, nanging dados perkawis ingkang kedah dipun usahakaken.

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ

“Satemene Gusti Allah ora ngowahi kahanane sawijine kaum nganti kaum iku dhewe kang ngowahi marang kahanane “. (QS. Arro’du: 11).

Allah paring janji lan Allah boten badhe cidra kalian janjinipun, syarat dados kawula ingkang dipun mulyakaken inggih punika kedah iman lan taqwa. Salah satunggalipun wujud saking iman inggih punika nindakaken shalat lan qurban, Allah SWT nate ngendika:

لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ ۚ

“Daging-daging onta lan getihe iku babar pisan ora bisa merkoleh (karilane) Allah, ananging ketaqwaan kang saka sira kabeh iku kang bisa merkoleh karilane Allah”. (QS. Al Hajj: 37)

Wonten ing dalem Alquran surat Al Kautsar ayat 1-3 Allah ngendika:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ  فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ  إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

 “ Satemene Ingsun wus maringake marang sira nikmat kang akeh. Mula shalata sira kerana Pangeranira lan gaweha qurban sira. Satemene wong kang nyengiti sira, hiya iku wong kang cunthel”.

 

اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Allah SWT sampun paring mapinten-pinten kenikmatan lan kamulyan ingkang dipun paringaken dhumateng para manungsa, milai awal Allah sampun nitahaken manungsa dados makhluk ingkang mulya lan sak bagus-bagusipun rupa. Amargi manungsa dipun titahaken dados khalifah lan kawulanipun Allah ingkang ghadhahi tugas ganda, kanthi mekaten pas sanget menawi manungsa punika dipun dadosaken makhluk ingkang paling sempurna. Sak sampunipun kedadosanipun punika dipun sempurnakaken, tumuli Allah paring mapinten-pinten hidayah, arupi panca indra, akal, qalbu lan agami. Boten wonten makhluk ingkang dipun paringi hidayah mekaten punika kejawi manungsa. Ngengingi tanggel jawabipun manungsa punika langkung kathah lan awrat, Allah nyempunakaken malih kanthi paring mapinten-pinten kenikmatan, ing antawisipun:

Sepindhah, arupi nikmat panjang yuswa, kanthi panjang yuswa, kita tasih saget nindadaken lan ningkataken amal ibadah dhateng Allah. Menawi ing sak lebetipun gesang punika rumaos lan ngrumaosi dados makhluk ingkang boten badhe uwal saking “khata’ lan nisyan” lepat lan supe ingkang badhe damel dosa sahingga tansah ngathah-ngathahaken istighfar. Lan menawi dosa ageng ingkang dipun tindakaken tumuli mertobat, boten badhe ngambali malih lan ugi badhe nggantos pedamelan awon kanthi pedamelan ingkang sae. Amal ibadah punika ingkang badhe dados rencang lan sedherek sasampunipun seda, kita saget mendhet hikmah saking perjalanan ibadah haji, sedaya pangkat, jabatan, mas picis raja brana, kendaraan lan griya ingkang mewah dipun tilar kejawi namung iman ingkang tinancep ing salebetipun manah. Iman badhe dados semangat anggenipun nindakaken ibadah ing tanah suci.

Kaping kalih, nikmat sehat, sehat punika reginipun awis, boten wonten tiyang ingkang kepingin sakit, amargi nalika sakit, dahar, ngunjuk, sare, lungguh lan jumeneng boten badhe sekeca. Dhaharan ingkang sarwa eco dados ical raosipun, unjukan ingkang seger inggih dados pahit lan saterasipun. Dereng malih menawi kedah mertamba ing griya sakit lan sanesipun, boten sekedhik biaya ingkang kedah dipun dalaken. Sehat lahir lan batos kedah dipun syukuri, syukur billisan kanthi maos Alhamdulillah. Syukur bil hal kanthi ningkataken amal ibadah, kaleres ibadah mahdhah lan ghoiru mahdhah. Ibadah spiritual, ritual lan sosialipun dipun wujudaken.

Kaping tiga, wekdal sempat utawi longgar. Sedaya tiyang dipun paring wekdal sami inggih punika 24 jam ing setunggal dintenipun. Kanthi wekdal punika, wonten tiyang ingkang saget bagi wekdal lan merhatosaken wekdal. Sinaosa nembe kathah pakaryan nanging nalika pikantuk panggilan nindakaken shalat inggih cekat-ceket nindakaken shalat. Nanging wonten ugi kathah wekdalipun ingkang longgar, nanging nalika nampi panggilan nindakaken shalat, panggilan punika boten dipun gatosaken. Kita kedah enget bilih manungsa punika nate ribet, nanging sak ribet-ribetipun tiyang inggih punika, nalika kedah saget maos kalimat tauhid ing akhir hayatipun. Amargi Rasulullah nate ngendika “Sapa wonge kang ing akhir hayatipun bisa ngucap la Ilaha illaah daholal jannah”.

Kanthi mapinten-pinten kenikmatan ingkang dipun paringaken Allah dhumateng kita sedaya, saterasipun Allah paring dhawuh supados nindakaken shalat lan nindakaken qurban. Shalat dados pokokipun agami, sedaya tindak lampahipun tiyang Islam punika gumantung kalian shalatipun. Shalat ingkang khusuk lan berkualitas saget nedahaken sedaya pakertinipun dhateng kemaslahatan. Malah shalat saget nebihaken saking pedamelan keji lan munkar. Shalat gangsal wekdal punika syari’at Allah ingkang dipun dhawuhaken dhateng Rasulullah Muhammad SAW, menawi qurban punika syariat Allah ingkang dipun paringaken dhumateng nabi Ibrahim nanging dipun terasaken wonten syari’at nabi Muhammad, semanten ugi ibadah haji. Rasulullah SAW sinaosa dados pribadi ingkang maksum, dipun jagi saking tumindak dosa lan dipun jamin mlebet ing suwarga, nanging tansah nindakaken shalat, amargi shalat punika semata-mata kagem mujudaken raos syukur dhumateng Allah SWT. Nabi Ibrahim salah setunggalipun kekasihipun Allah, Ibrahim pribadi ingkang ikhlas, tawakal lan dermawan. Amargi sifat dermawanipun nate dipun uji, lantaran wonten malaikat ingkang nyimpe dados manungsa, kenging punapa tansah ngathah-ngathahaken anggenipun ngedalaken infaq lan shadaqah, Ibrahim ngendika, bandha punika dereng sak pintena, lamun ingsun diparingi putra lan didhawuhi ngurbanake yekti bakal ingsun qurbanake. Sahingga nalika Ibrahim wonten yuswa sepuh dipun paring putra. Lan prasasat sampun supe kalian pangandikan ingkang sampun dipun ngendikakaken. Nalika dipun paringi putra kakung ingkang sanget dipun trisnanani. Allah paring dhawuh supados nyembelih dhateng putranipun, Ibrahim boten selak semanten ugi Islamil putranipun. Kekalihipun pribadi ingkang tawakal dhateng Allah. Kabukten belih dhawuhipun Allah punika namung kangge ujian dhateng kawulanipun. Lan Allah gantos kalian hewan domba.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

 “Mula rikala bocah iku wus tumeka (umur) bisa mlaku bebarengan karo Ibrahim, Ibrahim ngendika “He putraningsun, ngger satemene ingsun mirsani sajrone sare, menawa ingsung nyembelih marang kang salira. Mula coba pikiren kepriye mungguh kang salira? “ Dhuh rama, rama kawula aturi nindakaken punapa ingkang dipun dhawuhaken dhumateng panjenengan. Insya-Allah panjenenngan badhe manggihi ingkang putra kalebet tiyang-tiyang ingkang sabar”. (QS. Ash Shaffat: 102)

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

 

 

Khutbah II

 

 

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَالللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ. اْلحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَِثيْرًا. اَمَّا بَعْدُُ; فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى .وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KHUTBAH KEDUA

 

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَالللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ. اْلحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَِثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ.وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ , اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّيْ وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ بِالإِسْلاَمِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالإِيْمِانِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالْقُرْآنِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِشَهْرِ رَمَضَانَ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالأَهْلِ وَالْمَالِ وَالْمُعَافَاةِ لَكَ الْحَمْدُ بِكُلِّ نِعْمَةٍ أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيْنَا,  سُبْحَانَكَ لاَ نُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ فَلَكَ الْحَمْدُ حَتَّى تَرْضَى وَلَكَ الْحَمْدُ إِذَا رَضِيْتَ , اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ ونَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ , اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا  , رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ   , رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنـَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ, اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ  , اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ يَا حَيُّ يَا قَيّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ  , اَللَّهُمَّ طَهِّرْ قُلُوْبَنَا بِالْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ اَللَّهُمَّ زَكِّ نُفُوْسَنَا  بِالْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ  , اَللَّهُمَّ ذَكِّرْنَا مِنْهُ مَا نَسِيْنَا وَعَلِّمْنَا مِنْهُ مَا جَهِلْنَا وَارْزُقْنَا تِلاَوَتَهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ وَاجْعَلْهُ حُجَّةً لَنَا لاَ حُجَّةً عَلَيْنَا  , اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ القُرْآنِ الَّذِيْنَ هُمْ أَهْلُكَ وَخَاصَّتُكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ , اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ وَدَرْكِ الشَّقَاءِ وَسُوْءِ الْقَضَاءِ وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ , اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ , اَللَّهُمَّ طَهِّرْ قُلُوْبَنَا مِنَ النِّفَاقِ وَأَعْمَالَنَا مِنَ الرِّيَاءِ وَأَلْسِنَتَنَا مِنَ الْكَذِبِ وَأَعْيُنَنَا مِنَ الْخِيَانَةِ إِنَّكَ تَعْلَمُ خَائِنَةَ الأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُوْرُ  , اَللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَبِطَاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ يَا حَيُّ يَا قَيّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ  , اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ آمِرِيْنَ بِالْمَعْرُوْفِ فَاعِلِيْنَ لَهُ نَاهِيْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ تَارِكِيْنَ لَهُ , اَللَّهُمَّ يَا حَيُّ يَا قَيّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ يَا مُجِيْبَ دَعْوَةِ الْمُضْطَرِّ إِذَا دَعَاكَ نَسْأَلُكَ أَنْ تُعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِميْنَ وَأَنْ تُذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَنْ تُدَمِّرَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَنْ تَجْعَلَ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلاَدِ الإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ , اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي كُلِّ مَكَانٍ. اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي فِلِسْطِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تُحَرِّرَ الْمَسْجِدَ الأَقْصَى وَأَرْضَ فِلِسْطِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ مِنْ جُنُوْدِ حَمَاس. اَللَّهُمَّ انْصُرَْإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي أَفْغَانِسْتَان، وَإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي كَشْمِيْرَ، وَإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي الْعِرَاقِ، وَإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي الشِّيْشَانِ، وَإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَائِرِ بِلاَدِ الإِسْلاَمِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ , رَبَّنَا لاَتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ  , رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا , رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ  , رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ , وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ 

عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share:

Post