Slide 1

Go to reading quran.

Slide 2

Bolehkah melihat kemaluan pasangan.

Slide 3

Bolehkah Suami menyusu istri.

Slide 4

Hadiah Fatekhah dan Tahlilan.

Slide 5

Bolehkan Ibu Hamil Ziarah Kubur.

09 Agustus 2025

Khotbah Jum'at singkat : Rajin sholat tetap miskin

 

Rajin sholat tetap miskin 

لْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَلَهُ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَإِلَيْهِ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُوْ رَحْمَتَهُ وَنَخْشَى عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَهُ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ. أَشْهَدُ أن لاَّ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ ,أَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا مُحمَّدٍ, سَيِّدِ المُرْسَلِيْن, وَإِمَامِ الْمُهْتَدِيْن وَ قَائِدِ الْمُجَاهِدِيْن, وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْن. رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ. أَمَّا بَعْد. فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ،  قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Minongko purwokoning atur, keparengo kawulo ngajak dumateng awak soho keluargo kulo piyambak lan umumipun dumateng panjenengan sedoyo engkang hadir lan mirengaken khutbah meniko, monggo sesarengan sami ningkataken raos ajrih dumateng ngerso dalem Allah SWT kanthi nebihi awisan-awisanipun lan nglampahi punopo ingkang dipun dawuhaken.

 

يَقُوْلُ رَبُّكُمْ يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِيْ أَمْلَأُ قَلْبَكَ غِنًى وَأَمْلَأُ يَدَكَ رِزْقًا يَا ابْنَ آدَمَ لَا تُبَاعِدْ مِنِّيْ أَمْلَأُ قَلْبَكَ فَقْرًا وَأَمْلَأُ يَدَكَ شُغْلاً

Tuhanmu berfirman, “Wahai anak Adam! Sempatkanlah beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhi hatimu dengan rasa cukup dan Aku akan memenuhi tanganmu dengan rezeki. Wahai anak Adam! Janganlah menjauh dari-Ku. Jika demikian, Aku akan memenuhi hatimu dengan kefakiran dan Aku akan memenuhi tangan-Mu dengan kesibukan.” (HR. Hakim).

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Di satu waktu saya mendengar percakapan warga yang agak menggelitik. Yaitu mengenai seorang yang rajin sholat tetapi tetap saja miskin, sebaliknya yang Sering Maksiat & Tidak Sholat Lebih Kaya.  Bahkan mungkin ada juga sebagian kaum muslim yang tekun melakukan wiridan atau membaca mengamalkan doa tertentu, Tetapi nyatanya kehidupanya tidak ada perubahan, tetap masih dalam kekurangan. Begitu juga dengan orang yang selalu melaksanakan shalat Dhuha tetapi hidupnya masih juga belum berkecukupan. Padahal dia juga sudah melakukan shalat dhuha berkali-kali lengkap dengan doanya juga.

Bagaimana Agama Islam menyikapi hal ini ?

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Selama ini kita telah mengartikan makna dari rezeki itu semata-mata berupa kekayaan, harta benda, perhiasan dan lain-lain. Ketahuilah, kadang-kadang Allah SWT memberi kekayaan kepada manusia beserta kesenangannya, akan tetapi Allah tidak memberi taufik dan hidayah-Nya. Sebaliknya, terkadang Allah tidak memberi anugerah kekayaan dunia, akan tetapi menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya.  Allah menahan rezeki manusia, adakalanya untuk memberi kesempatan baginya mencari taat, dan menghindarkannya dari maksiat. atau memberinya kekayaan, tapi tidak memberinya ketaatan dan keshalehan. Allah memberi kamu kelapangan agar kamu tidak selalu dalam kesempitan.  Allah memberi kesempitan kepadamu agar kamu tidak hanyut di waktu lapang.  Allah melepaskan kamu dari kedua-duanya agar kamu tidak menggantungkan diri kecuali kepada-Nya semata.

Rezeki itu memiliki bermacam-macam bentuk. rezeki kekayaan/materi, rezeki waktu, rezeki kesehatan, rezeki keluarga yang menyenangkan dan harmonis, rezeki kebebasan, rezeki bakat pada bidang tertentu, rezeki kepandaian, itu semuanya adalah bentuk-bentuk rezeki dalam hidup… dan masih banyak ragam lainnya yang terlalu luas untuk didefinisikan. Allah pasti akan memberikan rezeki kepada makhluk yang memintanya artinya rezeki tidak akan hilang, rezeki hanya akan berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk lainnya.

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۗ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).  (QS. Ibrahim 34)

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Orang yang tidak pernah sholat tidak pernah zikir dan tidak pernah mengamalkan amalan-amalan tertentu, bekerjanya biasa-biasa saja namun bisa kaya dan makmur hidupnya. sebaliknya orang yang sering sholat banyak zikir banyak amalanya tetapi hidupnya biasa-biasa saja.  Jika kamu melihat fenomena semacam itu maka ketahuilah bahwa Itu Semua adalah Istidraj, Bisa jadi ada yang mendapatkan limpahan rezeki namun ia adalah orang yang melupakan Allah SWT, bahkan gemar  bermaksiat.

Dia menganggap harta benda adalah segala-galanya, Allah SWT adalah semu baginya, tidak pernah ada dalam hatinya, sehingga ia bekerja melupakan aturan agama, agama hanya pentes-pantesan baginya, dan akhirnya benar ia cepat kaya raya. Ketahuilah bahwa mendapatkan limpahan kekayaan seperti itu bukanlah suatu tanda kemuliaan dalam hidup, namun itu adalah istidraj. Istidraj artinya Azab Allah yang berwujud kenikmatan,  suatu jebakan berupa kelapangan rezeki yang diberi dalam keadaan terus menerus bermaksiat pada Allah SWT. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ

“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad ).

Allah Ta’ala berfirman,

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan tiba-tiba, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS. Al An’am: 44)

Kelancaran rezeki bukanlah standar sayangnya Allah SWT kepada seseorang. Boleh jadi kelapangan hidup itu bentuk azab yang tidak disadari. Untuk apa banyak harta tapi batin merana, ancaman azab akhirat tidak dipedulikan. Kalaulah standar sayangnya Allah itu dengan kemewahan hidup dunia, Qarunlah orang yang paling disayangi Allah. Tapi akhirnya ia binasa ditelan bumi. Juga sebaliknya, jangan mengira orang yang banyak ujian dan cobaan dalam hidup tanda ia dimurkai oleh Allah. Boleh jadi itu adalah musibah untuk menghapuskan dosa dan meninggikan derajatnya di surga nanti.

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Sebagai penutup, hendaknya perlu diingat bahwa kita tidak boleh melakukan ibadah apapun misalnya Wiridan, shalat Dhuha dsb.  dengan niat agar mendapatkan banyak rezeki. Wiridan dan Shalat Dhuha dsb, tetap diniatkan untuk beribadah dengan ikhlas, mengabdi kepada Allah SWT, sesuai anjuran Rasulullah saw. Doa setelah wiridan dan shalat itulah yang kita niatkan untuk memohon kelancaran rezeki yang halal, melimpah dan barakah. Mudah-mudahan Allah SWT, mengampuni dosa-dosa kita, memberi kelapangan rizki yang melimpah, halal, luas, baik, karokah, dan tanpa repot mengurusnya, serta  juga di jauhkan dari kemelaratan harta benda.  Amin  Allohumma Amiin.

 

اَعُوْذُ باِلله مِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ   بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۚ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ

باَرَكَ اللهُ ليِ وَلَكُمْ فيِ ْالقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ – وَنَفَعَنيِ وَإِياَّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ – وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْم – أَقُوْلُ قَوْليِ هَذَا وَاسْتَغْفُرُ اللهَ اْلعَظِيْم ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَات وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَات فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.

 

 

 

 

 

Khutbah II

 

 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا ,اَمَّا بَعْدُ; فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى .وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share:

Khotbah Jum'at singkat : Tiga amalan baik

Tiga amalan baik

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا مُحمَّدٍ, سَيِّدِ المُرْسَلِيْن, وَإِمَامِ الْمُهْتَدِيْن وَ قَائِدِ الْمُجَاهِدِيْن, وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْن. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Pada kesempatan yang mulia ini, di tempat yang mulia, dan di hari yang mulia ini, marilah kita selalu menjaga dan meningkatkan mutu keimanan dan kualitas ketakwaan kita kepada Allah dengan sebenar-benarnya, yaitu ketakwaan yang dibangun karena mengharap keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bukan keridhaan manusia, ketakwaan yang dilandasi karena ilmu yang bersumber dari Alquran dan sunah Rasulullah, dan ketakwaan yang dibuktikan dengan amal perbuatan dengan cara menjalankan setiap perintah Allah dan Nabi-Nya karena mengharap rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berusaha semaksimal mungkin menjauhi dan meninggalkan setiap bentuk larangan Allah dan Nabi-Nya karena takut terhadap azab dan siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Roda kehidupan dunia senantiasa tidak pernah berhenti. Kadang naik kadang turun. Ada suka ada duka. Ada senyum ada tangis. Kadangkala dipuji tapi pada suatu saat kita dicaci. Jangan harapkan ada keabadian perjalanan hidup. Oleh sebab itu, kita sebagai  seoirang muslim agar tidak terombang-ambing dan tetap tegar dalam menghadapi segala kemungkinan tantangan hidup, kita harus memiliki pegangan dan amalan dalam hidup.  Tiga amalan baik tersebut adalah Istiqomah, Istikharah dan Istighfar.

1.       Istiqomah.

Istiqomah adalah kokoh dalam aqidah dan konsisten dalam beribadah.

Begitu pentingnya istiqomah ini sampai Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam berpesan kepada seseorang seperti dalam Al-Hadits berikut:

عَنْ أَبِيْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قُلْ لِيْ فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُهُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ. قَالَ: قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ. (رواه مسلم) 

“Dari Abi Sufyan bin Abdullah Radhiallaahu anhu berkata: Aku telah berkata, “Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku tidak perlu bertanya kepada orang lain selain engkau. Nabi menjawab, ‘Katakanlah aku telah beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah’.” (HR. Muslim).

Orang yang istiqamah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanan bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada persoalan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong kering atau tebal, tetap memperhatikan haram halal, dicaci dipuji, sujud pantang berhenti, sekalipun ia memiliki fasilitas kenikmatan, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan. Orang seperti itulah yang dipuji Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam Al-Qur-an surat Fushshilat ayat 30:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatahkan): “Janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Qs. Fushshilat: 30)

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

2.       Istikharah, Maksud dari Istikharoh yaitu selalu mohon petunjuk Allah dalam setiap langkah dan penuh pertimbangan dalam setiap keputusan.

Setiap orang mempunyai kebebasan untuk berbicara dan melakukan suatu perbuatan. Akan tetapi menurut Islam, tidak ada kebebasan yang tanpa batas, dan batas-batas tersebut adalah aturan-aturan agama. Maka seorang muslim yang benar, selalu berfikir berkali-kali sebelum melakukan tindakan atau mengucapkan sebuah ucapan serta ia selalu mohon petunjuk kepada Allah.

Nabi Shalallaahu alaihi wasalam pernah bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ. (رواه البخاري ومسلم عن أبي هريرة)

Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diamlah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Orang bijak berkata “berfikirlah hari ini dan bicaralah esok hari”. Kalau ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakitkan orang lain maka tahanlah, jangan diucapkan, sekalipun menahan ucapan tersebut terasa sakit. Tapi ucapan itu benar dan baik maka katakanlah jangan ditahan sebab lidah kita menjadi lemas untuk bisa meneriakkan kebenaran dan keadilan serta menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.  Mengenai kebebasan ini, malaikat Jibril pernah datang kepada Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam untuk memberikan rambu-rambu kehidupan, beliau bersabda:

أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدًا عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحْبِبْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقٌ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ. (رواه البيهقي عن جابر)

Jibril telah datang kepadaku dan berkata: Hai Muhammad hiduplah sesukamu, tapi sesungguhnya engkau suatu saat akan mati, cintailah apa yang engkau sukai tapi engkau suatu saat pasti berpisah juga dan lakukanlah apa yang engkau inginkan sesungguhnya semua itu ada balasannya. (HR.Baihaqi dari Jabir).

Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam ini semakin penting untuk diresapi ketika akhir-akhir ini dengan dalih kebebasan, banyak orang berbicara tanpa logika dan data yang benar dan bertindak sekehendakya tanpa mengindahkan etika agama. Para pakar barang kali untuk saat-saat ini, lebih bijaksana untuk banyak mendengar daripada berbicara yang kadang-kadang justru membingungkan masyarakat. Mari kita bersma-sama memasyarakatkan istikharah dalam segala langkah kita, agar kita benar-benar bertindak secara benar dan tidak menimbulkan kekecewaan di kemudian hari.  Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:

مَا خَابَ مَنِ اسْتَخَارَ وَلاَ نَدِمَ مَنِ اسْتَشَارَ وَلاَ عَالَ مَنِ اقْتَصَدَ.

Tidak akan rugi orang yang beristikharah, tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah dan tidak akan miskin orang yang hidupnya hemat. (HR. Thabrani dari Anas)

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

3.       Istighfar, maknanya yaitu selalu instropeksi diri dan mohon ampunan kepada Allah Rabbul Izati.

Setiap orang pernah melakukan kesalahan baik sebagai individu maupun kesalahan sebagai sebuah bangsa. Setiap kesalahan dan dosa itu sebenarnya penyakit yang merusak kehidupan kita. Oleh karena ia harus diobati. Tidak sedikit persoalan besar yang kita hadapi akhir-akhir ini yang diakibatkan kesalahan kita sendiri. Saatnya kita instropeksi masa lalu, memohon ampun kepada Allah, melakukan koreksi untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah dengan penuh keridloan Allah.

Dalam persoalan ekonomi, jika rizki Allah tidak sampai kepada kita disebabkan karena kemalasan kita, maka yang diobati adalah sifat malas itu. Kita tidak boleh menjadi umat pemalas. Malas adalah bagian dari musuh kita. Jika kesulitan ekonomi tersebut, karena kita kurang bisa melakukan terobosan-teroboan yang produktif, maka kreatifitas dan etos kerja umat yang harus kita tumbuhkan.

Akan tetapi adakalanya kehidupan sosial ekonomi sebuah bangsa mengalami kesulitan. Kesulitan itu disebabkan karena dosa-dosa masa lalu yang menumpuk yang belum bertaubat darinya secara massal. Jika itu penyebabnya, maka obat satu-satunya adalah beristighfar dan bertobat. Allah berfirman yang mengisahkan seruan Nabi Hud Alaihissalam, kepada kaumnya:

وَیٰقَوۡمِ اسۡتَغۡفِرُوۡا رَبَّکُمۡ ثُمَّ تُوۡبُوۡۤا اِلَیۡهِ یُرۡسِلِ السَّمَآءَ عَلَیۡکُمۡ مِّدۡرَارًا وَّیَزِدۡکُمۡ قُوَّۃً اِلٰی قُوَّتِکُمۡ وَلَا تَتَوَلَّوۡا مُجۡرِمِیۡنَ

“Dan (Hud) berkata, hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa” (QS. Hud:52).

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Sekali lagi, tiada kehidupan yang sepi dari tantangan dan godaan. Agar kita tetap tegar dan selamat dalam berbagai gelombang kehidupan, tidak bisa tidak kita harus memiliki dan melakukan tiga hal di atas yaitu Istiqomah, Istikharah dan Istighfar. Mudah-mudahan Allah memberi kekuatan kepada kita untuk menatap masa depan dengan keimanan dan rahmatNya yang melimpah. Mugi-mugi  bermanfaat, Amin Allohumma ...Amiin.

اَعُوْذُ باِلله مِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ   بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۚ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ

باَرَكَ اللهُ ليِ وَلَكُمْ فيِ ْالقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ – وَنَفَعَنيِ وَإِياَّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ – وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْم – أَقُوْلُ قَوْليِ هَذَا وَاسْتَغْفُرُ اللهَ اْلعَظِيْم ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَات وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَات فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.

  

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا ,اَمَّا بَعْدُ; فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى .وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

Share:

Khotbah Jum'at singkat : Jangan marahi anak di masjid/musholla

 

Jangan marahi anak di masjid/musholla 

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَلَهُ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَإِلَيْهِ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُوْ رَحْمَتَهُ وَنَخْشَى عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَهُ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ. أَشْهَدُ أن لاَّ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ ,أَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا مُحمَّدٍ, سَيِّدِ المُرْسَلِيْن, وَإِمَامِ الْمُهْتَدِيْن وَ قَائِدِ الْمُجَاهِدِيْن, وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْن. رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ. أَمَّا بَعْد. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. وَقَالَ النَّبِيُ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي).


Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Minongko purwokoning atur, keparengo kawulo ngajak dumateng awak soho keluargo kulo piyambak lan umumipun dumateng panjenengan sedoyo engkang hadir lan mirengaken khutbah meniko, monggo sesarengan sami ningkataken raos ajrih dumateng ngerso dalem Allah SWT kanthi nebihi awisan-awisanipun lan nglampahi punopo ingkang dipun dawuhaken Allah SWT.

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Pernahkah anda melihat anak-anak kecil begitu riang dan gembira saat berada dalam mesjid/Musholla  pada saat melaksana shalat berjamaah maupun shalat lainnya? Mungkin terkadang kita merasa terganggu dengan keberadaan mereka, merasa menjadi kurang khusu’ dalam beribadah jika ada anak-anak kecil.  Tidak sedikit jamaah maupun pengurus mesjid/musholla matanya melotot penuh amarah, kata-kata bernada tinggi dan bibir yang nampak geram terhadap perilaku anak-anak kecil yang masih polos ini “Bocah-bocah iki, Nek nong mesjid/mushola penggaweane  ribuuuut terus, ora iso diatur.” Ia mendengus, sebal sekali “dikandani ora tau gatekno, di umbarno sediluk, ribut meneh”.” ia menggeleng-geleng kepala keheranan.

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Di saat yang lain, pengurus/jamaah yang sering marah ini, juga terkadang bapak-bapak lainya, sering  menghardik anak-anak “kono do mulih, nek ora iso di kandani”. Mereka membentak, memarahi anak kecil yang sedang berlarian. Anak-anak ini lalu mengkerut, seperti potongan kerupuk kecil yang tenggelem di mangkuk sop ayam. Ada rasa kasihan, iba menyaksikan mereka. Tapi di sisi lain, hati saya juga berkata, anak-anak yang ramai dan membuat gaduh di masjid memang seharusnya diingatkan. Tidak bisa dibiarkan begitu saja. Mungkin caranya yang harus diperhalus, jangan mengerikan. Apalagi sangar.  Mengingat hal inilah, saya kepikiran untuk menulis khotbah tentang anak-anak yang ribut dan membuat gaduh di masjid ataupun musolla.

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Islam melarang mengusir anak-anak keluar masjid/musholla. Islam justru mewajibkan umatnya  membiasakan anak-anak datang ke masjid/musholla untuk belajar shalat, belajar  membaca Al-Quran dan belajar hukum syariat lainnya. Orang tua harus menanamkan ‘aqidah yang benar terhadap anak-anaknya jangan sampai syirik menyekutukan Allah,  dan wajib menyuruh mereka untuk mendirikan sholat.

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa (Toha:132).

Dari perintah ayat di atas, Diusia dini sudah kewajiban seorang tua muslim memperkenalkan anak-anaknya mengenal allah Swt. Perlu kita sama-sama ketahui, ini adalah ujian ke khusu’an kita saat beribadah kepada Allah, mampu bersabar, mudah jengkel atau tidak, dan masih bias fokus atau tidak saat beribadah, pikirannya melantur kemana-mana memikirkan orang tua anak kecil tersebut, dan berbicara sendiri di dalam hati (Ngapain sih bawa anak kecil segala mengganggu orang lain saat beribadah, Padahal orang yang marah ini sedang Shalat. Atau Anak siapa sih ini nakal bener dll) Pengusiran dan penghardikan anak-anak di masjid/musholla mungkin menjadi pemandangan biasa di sekitar kita. Mata-mata tajam dan kata-kata kasar sering keluar. Terpampang Jelas di otaknya antara wajah sangar orangtua di rumah yang menghalaunya ke mesjid “ora ndang nong musholla tak betet nggo pecut kapok, ndang budal ora” dan wajah seram pengurus/jamaah yang mengusirnya dari masjid/musholla. Hal ini seolah merenggut kebahagiaan masa kecilnya, jika anak-anak muslim berlari riang tawa di mesjid itulah ciri khas anak-anak tetapi kalau yang berlari dan tertawa itu orangtua/dewasa baru wajib di usir. Wahai saudaraku, ketauhuilah mereka anak-anak itu, sebenarnya malaikat yang sedang bergembira di rumah Tuhan-Nya

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Perlu sampeyan mangertosi Dunia anak kecil adalah  dunia Bermain

Kulo sampeyan kabeh pasti pernah mengalami masa ini. Saat-saat yang menyenangkan ketika hidup belum banyak beban dan tanggung jawab yang diemban. Hari-hari adalah permainan, bersenang-senang, dan melakukan banyak hal. Anak-anak suka mencoba sesuatu yang baru. Datang ke masjid membawa sarung. Bukannya dipakai untuk shalat dengan baik, malah digunakan untuk yang lain: diikatkan di leher dan membiarkannya melayang-layang di belakang. Mungkin mereka ingin jadi superman (atau batman).  Kadang-kadang, sarung diikat bagian ujungnya menjadi lebih bulat dan berat, lalu dijadikan pentungan. Diayunkan sekuat tenaga dan diarahkan ke temannya. Nanti, mereka akan saling kejar dan bergantian saling pukul. Jadilah mereka main perang-perangan dengan sarung sebagai senjata andalan. Atau, sarung dibentangkan di lantai. Satu anak duduk di atasnya, berpegangan pada sarung itu ketika ujung yang lain ditarik oleh teman yang lainnya. Mereka gunakan sarung untuk kendaraan. Bergantian saling tarik-tarikan.

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Saya yakin, juga percaya sekali, kita semua yang sudah tua sekarang, pasti dulu adalah pelaku keributan di masjid. Malah boleh jadi, kita semua pernah melakukan apa-apa yang saya sebutkan di atas, bukan? Atau justru lebih ekstrim? Caba kulo sampeyan Ingat, masa-masa itu menyenangkan sekali, to?  Itu masih sarung, belum yang lainnya. Maka bisa dibayangkan potensi keributan yang akan ditimbulkan mereka. Begitulah anak-anak, dunia mereka adalah bermain. Maka dimanapun tempatnya, mereka akan bermain. Kalau ngeliat anak-anak berkejar-kejaran di masjid/mushola, ingat saja lagi, toh kita dulu, ketika kecil, boleh jadi malah lebih parah daripada itu.

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Anak-anak bermain di masjid nggak salah, yang salah adalah kalau orang dewasa yang di masjid malah main-main. Wis Ora pantes blas. Sepanjang saya membaca sirah nabawiyah, saya belum menemukan ada kisah nabi Muhammad yang sampai menghardik anak-anak. Rasulullah tidak pernah marah kepada mereka, Rasulullah penyayang. Lalu mengapa orang-orang dewasa memarahi anak-anak yang ribut di masjid? Ini terjadi, tidak lain karena orang-orang dewasa, sebagian besar tidak paham dunia anak-anak. Di benak mereka, anak-anak adalah orang lain,  sehingga ia merasa anak-anak harus seperti dia. Diam dan khusyuk ketika menjalankan ibadah. Ini masalahnya! Ketika kita mengharapkan orang lain harus sama seperti kita, maka akan ada konflik. Nggak mungkin bisa. Orang lain punya sifat unik masing-masing. Maka bersikaplah adil, jangan memaksa orang lain harus mengikuti apa yang kita inginkan. Apalagi jika hal ini dilakukan kepada anak-anak. Orang dewasa berpikir, bahwa anak-anak, ketika di masjid, harus diam. Nggak boleh ribut. Mereka harus seperti orang dewasa. Harus duduk, memegang tasbih, dan komat-kamit. Berdzikir khidmat sekali sambil mengingat Allah. Walau barangkali ada yang bisa. Tapi jumlahnya sangatlah sedikit sekali bahkan anak kita sendiri mungkin tidak akan pernah bias melakukannya. Dunia anak-anak tidak demikian. Anak-anak dan orang dewasa berbeda. Mengharapkan anak-anak seperti orang dewasa, agak berat. Juga sebaliknya, melihat orang dewasa bertingkah seperti anak-anak, kok rasa-rasanya nggak pantes. Karena perbedaan inilah, maka orang dewasa harus memahami mereka. Bukan sebaliknya, anak-anak yang harus memahami kita.

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Lalu, bagaimana jika mengatasi anak-anak yang ribut di masjid? Pertama, Imam harus mempercepat shalatnya. Rasulullah melakukan demikian, ketika ada anak-anak yang menangis, maka beliau mempercepat bacaan shalatnya. Pikiran  saya, jika ada anak-anak yang ributnya nggak ketulungan, maka imam segera secepatnya, selesaikan shalat  barulah imam/makmum menasihati baik-baik. Jangan menghardik, apalagi membentak. Kedua, Perlama shalatnya ini khusus bagi imam. Suatu ketika, ada cucu Rasulullah yang naik ke punggung Nabi Muhammad ketika sedang menjadi imam dan sedang sujud. Mendapati demikian, Rasulullah memperlama sujudnya, membiarkan cucunya puas bermain di punggung beliau (barangkali main kuda-kudaan) Ketiga, Orang tua si anak seharus ikut berjamaah ke masjid/musholla. Salah satu cara agar anak bisa sedikit lebih tertib di masjid adalah dengan diatur oleh orang tuanya sendiri. Jika anda orang tua, maka didik anak anda agar bisa lebih kalem ketika ada di masjid/musholla. Buatlah perjanjian kepada mereka, jika bisa diam di masjid, maka anda akan memberikannya hadiah, atau apalah agar anak bisa tertib. Ke empat, nasihati anak dengan baik. Benar bahwa dunia anak-anak adalah bermain, tapi ketika di masjid, nggak ada salahnya juga diberi nasihat. Asal cara menyampaikannya benar. Belai kepalanya dengan kasih sayang, tersenyumlah dengan tulus, dan bilangi yang baik.

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). ( Lukman 17)

Ma’asyiral Muslimin  rohimakumulloh.

Secara pribadi, saya sebenarnya merasa senang jika di masjid ada anak-anak yang berlarian kesana kemari. Pertama, dengan adanya mereka, saya ingat masa-masa kecil saya dulu yang tidak jauh berbeda. Kedua, adanya anak-anak di masjid/musholla juga menandakan bahwa generasi kita masih ada harapan akan terpaut hatinya kepada masjid/musholla. Jika sejak kecil anak-anak yang ada di masjid/musholla sudah mendapatkan perlakuan buruk (dibentak, dimarah-marahi, apalagi sampai dipukul, melototi di ancam tidak boleh lagi ikut ke mesjid/musholla), tidak menutup kemungkinan akan tertanam perasaan di alam bawah sadar mereka, bahwa “Masjid/musholla adalah tempat yang tidak bersahabat/tidak nyaman, tempat yang tidak menyenangkan. Tempatku bukan di masjid/musholla. Disana aku dimarah-marahi, dibentak-bentak, dipelototi, di pukul orang dewasa. Aku tidak betah di masjid/musholla!”

Jika sudah seperti ini, bahaya sekali. Apalagi jika perasaan itu tertanam terus hingga ia dewasa. Akhirnya, anak ini mencari tempat lain yang bisa menerimanya tanpa ada perlakuan kasar:  nongkrong di rental PS,  nongkrong di pos-pos pinggir-pinggir jalan,  nongkrong di klub malam, kafe, atau nongkrong di tempat-tempat lain yang tentu saja jauh dari kegiatan ibadah. Jika sudah begini, jangan sampai orang-orang tua lalu bilang seenak hatinya, “Anak-anak muda jaman sekarang nggak ada lagi yang dekat ke masjid/musholla!” Ladalah, padahal, boleh jadi justru dia yang menciptakan keadaan anak-anak jadi seperti itu,  Allah Swt memerintahkan kepada kita agar meneladani Rasulullah pada segala hal, baik terkait urusan dunia maupun akhirat, Termasuk cara bersikap kepada anak-anak kecil yang berada dalam mesjid/musholla. Kita harus belajar dan mengikuti Serta meneladani Rasulullah dalam membiasakan anak-anak kita untuk mendatangi masjid dan bermain di masjid.

Mugi-mugi  bermanfaat, Amin Allohumma ...Amiin.

اَعُوْذُ باِلله مِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ   بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۚ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ

باَرَكَ اللهُ ليِ وَلَكُمْ فيِ ْالقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ – وَنَفَعَنيِ وَإِياَّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ – وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْم – أَقُوْلُ قَوْليِ هَذَا وَاسْتَغْفُرُ اللهَ اْلعَظِيْم ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَات وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَات فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا  مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا ,اَمَّا بَعْدُ; فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى .وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ. وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

 

Share:

Post