Mencari Tempat Lain Selain Bumi
Isu Pemanasan Global yang marak belakangan ini suka tidak suka telah membuat skeptisme tersendiri terhadap keberadaan bumi, jangan-jangan bumi sudah akan musnah sebelum kiamat. Dampak pemanasan global yang sudah berdampak kepada mencair nya permukaan es di kedua kutub yang sudah pasti berdampak terhadap menaiknya permukaan air terhadap daratan. Selain itu dengan semakin ‘habis’-nya sumberdaya alam dan energi akibat eksplorasi besar-besaran manusia dan konsumsi yang ‘berlebihan’, membuat beberapa orang didunia ini (mungkin) termasuk saya, sedang memikirkan potensi kemungkinan untuk ‘hijrah’ ke bumi kedua.
Saya sedang mencoba-coba mencari
salah satu ayat di Al-Quran yang ‘barangkali’ bisa ditafsirkan tentang
‘kemungkinan’ kehidupan dunia versi Bumi ke-2 dan barangkali mahluk lain
selain Manusia. Cuma sepertinya usaha saya belum membuahkan hasil karena
keterbatasan ilmu agama saya didalam mentafsirkan kesustraan tingkat tinggi
ayat -ayat Allah Penguasa Jagat Raya ini.
Usaha-usaha manusia untuk menuju
ke sana (disadari atau tidak) sebenarnya sudah dirintis sejak
dimulainya perjalanan luar angkasa baik dengan atau tanpa awak yang dimulai
oleh Uni Soviet dan USA. Dimulai dari sekolompok asteriod kecil,
pendaratan di bulan (red. walau masih kontroversi) hingga perjalanan
menuju Mars, Venus , bahkan sudah mencapai Jupiter (jika saya tidak salah).
Namun sayang berdasarkan penelitian ahli-ahli (bukan saya lho ^_^ ), sementara
ini belum ada ‘kandidat’ yang layak untuk menjadi Bumi Ke-2 bagi manusia. Jadi
intinya isu soal ‘Tempat indah diluar Bumi’ dan Mahluk-mahluk non manusia
sampai sekarang masih isu belaka.
Tapi manusia pantang
menyerah, keterbatasan dana dan teknologi lah yang membuat penjelajahan luar
angkasa mengexlporasi planet2 baru diluar dan didalam galaxi Bima Sakti menjadi
batu sandungan. Konsepnya adalah semua penjelajahan Luar Angkasa membutuhkan
‘energi’ dalam bentuk apapun supaya bisa mengarungi perjalanan waktu diluar
angkasa yang panjang dan lama. Jadi intinya adalah ‘kecepatan’ dan
‘energi’ untuk menghasilkan kecepatan itu. Jika dalam balapan Formula 1 untuk
membentuk suatu kecepatan optimal digabunglah aspek power dari mesin,
aerodinamika , akselerasi , dan tentu saja harus dengan mengikuti peratutan
FIA. Kalau perjalanan luar angkasa ‘kecepatan’ dan ‘energi’ lebih menjadi
fokus . Maximal kecepatan yang sudah dicapai per 1998 sekitar 35,000mill/hour
untuk pesawat-pesawat luar angkasa yang dianalogikan dari LA - New York sekitar
4 menitan. Tapi itu belum cukup untuk ‘Liga’ Luar Angkasa dimana
perjalanan dengan kecepatan segitu masih terasa lama untuk mencapai suatu
target tertentu. Misalkan Matahari ke Bumi sekitar perjalanan 70,000 ribu
tahun. Dengan kecepatan yang ada sekarang bisa-bisa ditengah jalan sudah habis
bahan bakar pendorong mesin roket. Dari sisi ‘energi’ dengan terbatasnya
daya tampung bahan bakar yang terbatas dan ’sangat tidak mungkin’ jika
sebuat pesawat luar angkasa memiliki tangki minyak sebesar stadiun
senayan. Boro-boro mikir gimana terbangnya, untuk menaikannya saja sudah
butuh energi minimal bisa mendorong ’stadiun itu’ bisa mencapai
25,000mill/jam supaya bisa lepas dari gravitasi bumi.
Beberapa konsep baru untuk bisa
mendongkrak kecepatan mesin roket utnuk mendorong shuttle space bisa ‘melompat
lebih jauh’ . Mulai dari Solar Cell , yang menggunakan cell-cell penyerah
matahri dipermuakaan roket/shuttle space, hingga teknologi paling mutakhir
yang sedang diteliti yakni Anti Matters . Konsepnya adalah dengan
berenergikan ‘Anti matters’ jika bersentuhan dengan Matters maka diperkirakan
itu menjadi sebuah energi yg maha dasyat . 1 Sendok teh anti matter ini bisa
sama dengan 100x ledakan Bom Hidrogen. Buset … kira 2x ledakan 1 Bom
Hidrogen bisa menerbangkan satu benda 1 ton ampe berapa KM/jam yah ???. Konsep
ini sangat bagus cuma karena untuk membuat ‘anti matters’ ini teramat
sangat-sangat mahal, maka usaha perjalanan mencari Bumi Kedua sementara ini
masih terhambat sampai ditemukan metode baru yg lebih murah dan bisa mencapai
minimal 100,000 mill/jam.
Kalau saya pribadi mungin
mengusulkan sebuah penelitian mengenai ‘dinamika ruang hampa’ yg tersinspirasi
dari konsep Aerodinamika F1. ‘Ruang Hampa’ dinamika ini diharapkan bisa
‘membantu’ menjadi leverage untuk meningkatkan kecepatan tentu saja jika bisa
digabungkan dengan ‘energi’ yang pasti walau tidak bisa menemukan
bumi kedua, setidaknya ilmu pengetahuan khususnya mengenai lar angkasa akan
semakin berkembang dan maju. Setidaknya walau dimasa mendatang
terbukti ’hanya’ Bumi yang Allah ijinkan untuk menjadi tempat tinggal
manusia, setidaknya manusia telah berusaha untuk menaklukan jagat raya ini
dan untuk ‘berusaha’ melakukan perubahan.
0 comments:
Posting Komentar