Mereka yang mengklaim memahami substansi
permasalahan dan kekanak-kanakkan banyak jumlahnya. Namun sesungguhnya mereka tidak tahu
apa-apa dan tidak layak dianggap memahaminya. Semua mengaku punya hubungan kasih dengan Laila, Tapi Laila menampik pengakuan mereka.
Fakta menyedihkan ini ditambah lagi dengan
sikap mereka yang mencoreng diri sendiri dan merusak reputasi. Sikap mereka
tepat dengan apa yang digambarkan secara detail dalam sebuah hadits : Orang
yang berpura-pura kenyang dengan sesuatu yang tidak bisa membuat kenyang laksana
orang yang mengenakan dua baju kebohongan”.
Kita, umat Islam mendapat cobaan dengan
banyaknya orang-orang seperti di atas. Mereka mengeruhkan kedamaian umat,
memecah belah antar kelompok dan menbangkitkan konflik antar sesama saudara dan
anak dengan ayahnya.
Mereka berusaha meluruskan persepsi-persepsi
Islam lewat pintu pendurhakaan terhadap ulama, dan berpegang teguh dengan
ajaran-ajaran salaf dengan jalan pengingkaran, dan mengganti kebajikan, tutur
kata yang baik dan belas kasih dengan sikap keras, membatu, etika yang buruk
dan minimnya simpati. Diantara para pengklaim adalah mereka yang menganggap
mengikuti jalan tasawwuf padahal mereka
adalah orang yang paling jauh dari substansi dan essensi tasawwuf. Mereka
menodai tasawwuf, mengotori
kemuliaanya, merusak ajaranya dan melontarkan kritik pedas terhadap tasawwuf
dan para imamnya dari para ahli ma’rifat dan para guru pembimbing.
Kami tidak mengenal tahayyul, kebatilan,
kebohongan dan tipuan dalam tasawwuf.
Kami juga tidak mengenal teori-teori filsafat, ide-ide luar atau
aqidah-aqidah musyrik baik sinkretisme atau manunggaling
kawula gusti.
Kami lepas tangan kepada Allah dari
muatan-muatan sesat tasawwuf dan mengkategorikan semua pandangan yang
berlawanan dengan Al-Kitab dan As-Sunnah dan tidak bisa dita’wil adalah
kebohongan yang menyusup dan ditambahkan oleh tangan-tangan jahil dan jiwa-jiwa
yang lemah.
Dengan perilaku yang baik dan budi pekerti yang bersih tampaklah kepahlawanan generasi awal, para tokoh, para imam dan para pahlawannya. Dan tampak di hadapan kita sosok Islam yang paling cemerlang, sempurna, dan contoh paling luhur dan suci. Sejarah telah menginformasikan kepada kita cerita kemuliaan, kebanggaan, kehormatan, keagungan, jihad, perjuangan, dan pelajaran-pelajaran tentang peradaban Islam.
Dengan perilaku yang baik dan budi pekerti yang bersih tampaklah kepahlawanan generasi awal, para tokoh, para imam dan para pahlawannya. Dan tampak di hadapan kita sosok Islam yang paling cemerlang, sempurna, dan contoh paling luhur dan suci. Sejarah telah menginformasikan kepada kita cerita kemuliaan, kebanggaan, kehormatan, keagungan, jihad, perjuangan, dan pelajaran-pelajaran tentang peradaban Islam.
Berangkat dari fakta di muka kami meyakini
bahwa kebangkitan-kebangkitan besar tidak akan terbangun kecuali di atas risalah-risalah
spiritual dan inspirasi-inspirasi iman dan tidak akan berdiri kecuali di atas
etika-etika luhur yang kokoh yang model-modelnya digali dari akidah-akidah
suci.
Sesungguhnya sifat-sifat etik, psikologis dan
spiritual adalah modal dasar bangsa. Ketiga faktor ini adalah asset-asset besar
yang membentuk ummat dan mengantarkan umat manusia menuju cita-cita luhur.
Orang yang mengkaji sejarah hidup generasi salaf shalih dan tokoh-tokoh sufi di
tengah masyarakat, akan melihat bagaimana contoh-contoh ideal dan
prinsip-prinsip ini bisa menjadi faktor langsung terjadinya revolusi-revolusi yang nyata,
tercatat dan populer dalam sejarah Islam. Mereka tidak memiliki pengaruh dan
kekuatan kecuali iman dalam tatarannya yang paling tinggi. Iman yang panas,
berkobar-kobar dan hidup, yang berlandaskan kerinduan dan kecintaan kepada
Allah.
Sebuah keimanan yang mampu menyalakan api yang menyala-nyala dan menatap selamanya kepada Allah dalam hati para pengikutnya. Orang yang mengkaji juga akan melihat bagaimana di tengah mereka seorang laki-laki bisa hidup dalam maqam al-ihsan (kondisi dimana seseorang merasakan kehadiran Allah), ia melihat Allah dalam segala sesuatu, dan merasa takut kepada-Nya dalam segala aktivitasnya. Ia senantiasa merasa takut kepada Allah dalam setiap tarikan nafasnya tanpa meyakini adanya penitisan, bersatunya Tuhan dengannya, dan peniadaan eksistensi Tuhan.
Iman ini adalah iman yang membangunkan kesadaran holistik dalam kehidupan, menyentak rasa yang dalam akan ketuhanan yang berjalan dalam alam semesta, dan yang hidup dalam sudut-sudut paling dasar dari alam semesta, yang mengetahui apa-apa yang terlintas di hati, bisikan-bisikan rahasia, mata yang mencuri pandang dan apa yang disembunyikan dalam hati.
Sebuah keimanan yang mampu menyalakan api yang menyala-nyala dan menatap selamanya kepada Allah dalam hati para pengikutnya. Orang yang mengkaji juga akan melihat bagaimana di tengah mereka seorang laki-laki bisa hidup dalam maqam al-ihsan (kondisi dimana seseorang merasakan kehadiran Allah), ia melihat Allah dalam segala sesuatu, dan merasa takut kepada-Nya dalam segala aktivitasnya. Ia senantiasa merasa takut kepada Allah dalam setiap tarikan nafasnya tanpa meyakini adanya penitisan, bersatunya Tuhan dengannya, dan peniadaan eksistensi Tuhan.
Iman ini adalah iman yang membangunkan kesadaran holistik dalam kehidupan, menyentak rasa yang dalam akan ketuhanan yang berjalan dalam alam semesta, dan yang hidup dalam sudut-sudut paling dasar dari alam semesta, yang mengetahui apa-apa yang terlintas di hati, bisikan-bisikan rahasia, mata yang mencuri pandang dan apa yang disembunyikan dalam hati.