12 Desember 2011

Mencari Tempat Lain Selain Bumi


Mencari Tempat  Lain Selain Bumi

Isu Pemanasan Global yang marak belakangan ini suka tidak suka telah membuat skeptisme tersendiri terhadap keberadaan bumi, jangan-jangan bumi sudah akan musnah sebelum kiamat. Dampak pemanasan global yang sudah berdampak kepada mencair nya permukaan es di kedua kutub yang sudah pasti berdampak terhadap menaiknya permukaan air terhadap daratan. Selain itu dengan semakin ‘habis’-nya sumberdaya alam dan energi  akibat eksplorasi besar-besaran manusia dan konsumsi yang ‘berlebihan’,  membuat beberapa orang didunia ini (mungkin) termasuk saya, sedang memikirkan potensi kemungkinan untuk ‘hijrah’ ke bumi kedua.
Saya sedang mencoba-coba mencari salah satu ayat di Al-Quran yang ‘barangkali’ bisa ditafsirkan tentang ‘kemungkinan’ kehidupan dunia versi Bumi ke-2 dan barangkali mahluk lain selain Manusia. Cuma sepertinya usaha saya belum membuahkan hasil karena keterbatasan ilmu agama saya didalam mentafsirkan kesustraan tingkat tinggi ayat -ayat Allah Penguasa Jagat Raya ini.
Usaha-usaha manusia untuk menuju ke sana  (disadari atau tidak) sebenarnya sudah dirintis sejak dimulainya perjalanan luar angkasa baik dengan atau tanpa awak yang dimulai oleh Uni Soviet dan USA. Dimulai dari sekolompok asteriod kecil, pendaratan di bulan (red. walau masih kontroversi) hingga perjalanan menuju Mars, Venus , bahkan sudah mencapai Jupiter (jika saya tidak salah). Namun sayang berdasarkan penelitian ahli-ahli (bukan saya lho ^_^ ), sementara ini belum ada ‘kandidat’ yang layak untuk menjadi Bumi Ke-2 bagi manusia. Jadi intinya isu soal ‘Tempat indah diluar Bumi’ dan Mahluk-mahluk non manusia sampai sekarang masih isu belaka.
Tapi manusia pantang menyerah, keterbatasan dana dan teknologi lah yang membuat penjelajahan luar angkasa mengexlporasi planet2 baru diluar dan didalam galaxi Bima Sakti menjadi batu sandungan. Konsepnya adalah semua penjelajahan Luar Angkasa membutuhkan ‘energi’ dalam bentuk apapun supaya bisa mengarungi perjalanan waktu diluar angkasa yang panjang dan lama. Jadi intinya adalah ‘kecepatan’ dan ‘energi’ untuk menghasilkan kecepatan itu. Jika dalam balapan Formula 1 untuk membentuk suatu kecepatan optimal digabunglah aspek power dari mesin, aerodinamika , akselerasi , dan tentu saja harus dengan mengikuti peratutan FIA. Kalau perjalanan luar angkasa ‘kecepatan’ dan ‘energi’  lebih menjadi fokus . Maximal kecepatan yang sudah dicapai per 1998 sekitar 35,000mill/hour untuk pesawat-pesawat luar angkasa yang dianalogikan dari LA - New York sekitar 4 menitan.  Tapi itu belum cukup untuk ‘Liga’ Luar Angkasa dimana perjalanan dengan kecepatan segitu masih terasa lama untuk mencapai suatu target tertentu. Misalkan Matahari ke Bumi sekitar perjalanan 70,000 ribu tahun. Dengan kecepatan yang ada sekarang bisa-bisa ditengah jalan sudah habis bahan bakar pendorong mesin roket. Dari sisi ‘energi’ dengan terbatasnya daya tampung bahan bakar yang terbatas dan ’sangat tidak mungkin’ jika sebuat pesawat luar angkasa memiliki tangki minyak sebesar stadiun senayan. Boro-boro mikir gimana terbangnya, untuk menaikannya saja sudah butuh energi minimal bisa mendorong ’stadiun itu’ bisa mencapai 25,000mill/jam supaya bisa lepas dari gravitasi bumi.
Beberapa konsep baru untuk bisa mendongkrak kecepatan mesin roket utnuk mendorong shuttle space bisa ‘melompat lebih jauh’ . Mulai dari Solar Cell , yang menggunakan cell-cell penyerah matahri dipermuakaan roket/shuttle space, hingga teknologi paling mutakhir yang sedang diteliti yakni Anti Matters . Konsepnya adalah dengan berenergikan ‘Anti matters’ jika bersentuhan dengan Matters maka diperkirakan itu menjadi sebuah energi yg maha dasyat . 1 Sendok teh anti matter ini bisa sama dengan 100x ledakan Bom Hidrogen. Buset … kira 2x  ledakan 1 Bom Hidrogen bisa menerbangkan satu benda 1 ton ampe berapa KM/jam yah ???. Konsep ini sangat bagus cuma karena untuk membuat ‘anti matters’ ini teramat sangat-sangat mahal, maka usaha perjalanan mencari Bumi Kedua sementara ini masih terhambat sampai ditemukan metode baru yg lebih murah dan bisa mencapai minimal 100,000 mill/jam.
Kalau saya pribadi mungin mengusulkan sebuah penelitian mengenai ‘dinamika ruang hampa’ yg tersinspirasi dari konsep Aerodinamika F1. ‘Ruang Hampa’ dinamika ini diharapkan bisa ‘membantu’ menjadi leverage untuk meningkatkan kecepatan tentu saja jika bisa digabungkan dengan ‘energi’  yang pasti walau tidak bisa menemukan bumi kedua, setidaknya ilmu pengetahuan khususnya mengenai lar angkasa akan semakin berkembang dan maju. Setidaknya walau dimasa mendatang terbukti ’hanya’ Bumi yang Allah ijinkan untuk menjadi tempat tinggal manusia, setidaknya manusia telah berusaha untuk menaklukan jagat raya ini dan untuk ‘berusaha’ melakukan perubahan.
Share:

0 comments:

Posting Komentar

Archives